Aksi lilin untuk keadilan atau aksi lilin untuk Ahok terus terjadi di beberapa daerah. Meski merupakan aksi spontan dan aksi solidaritas, jumlah massa yang hadir terkadang melebihi ekspekatasi. Terakhir adalah aksi lilin untuk Ahok yang memenuhi tugu Pahlawan Surabaya. Massa bahkan menutupi jalan pahlawan saking banyaknya massa yang hadir.
Di daerah-daerah lain juga banyak massa yang hadir dan ikut dalam aksi solidaritas 1000lilin untuk keadilan atau untuk Ahok. Beberapa kreativitas juga bermunculan sehingga foto lilin yang disusun tampak memberikan pesan-pesan tertentu. Sebuah gerakan yang membuat lawan politik Ahok harus gigit jari.
Silahkan baca>> Lilin Untuk Ahok, Tamparan Keras Buat Lawan Politik Ahok
Tetapi hal yang ironis ternyata juga terjadi di beberapa daerah. Seperti di Makassar, aksi 1000 lilin mendapatkan penolakan dan penghadangan. Puluhan orang berartribut FPI membubarkan paksa aksi 1.000 lilin solidaritas untuk Gubernur nonaktif DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, di Anjungan Pantai Losari, Makassar, Sabtu (13/5/2017) sekitar pukul 19.00 Wita.
Penolakan yang tentunya tidak perlu diherankan. Wong Makassar termasuk daerah yang kaum intolerannya tumbuh subur. Acara Zakir Naik pun pernah dilaksanakan di Makassar. Tetapi aksi penolakan di Makassar masih kalah dengan kondisi aksi yang terjadi di Padang, Sumatera Barat.
Aksi lilin untuk keadilan hanya dilakukan seorang diri. Ya, Aksi ini hanya dilakukan oleh seorang Ibu bernama Nurul Indra. Meski melakukan aksinya sendiri, Ibu Nurul ditemani oleh dua orng temannya yang memfoto aksi dan berjaga-jaga siapa tahu ada massa yang datang untuk mengusir mereka.
Berikut adalah pernyataan lengkap atas kesaksian yang dialami oleh Ibu Nurul melalui akun Facebooknya..
Aksi Lilin Keadilan di Padang
Ngga perlu seribu, sejuta atau tujuh juta. Ini bukan sekedar unjuk kekuatan. Tapi unjuk kepedulian, ketulusan, keberanian, dan cinta. Nyatakan cinta dengan lilin. Cinta pada keadilan dan demokrasi. Cinta kepada NKRI.
Dengan 7 lilin plus 1 di tanganku, aku mewakili pecinta keadilan, demokrasi dan NKRI di Padang. Tolong jangan disepelekan. Mari kita pahami. “Kami ngga mungkin melakukannya di sini. Selama ini kami diancam lewat japri, bahkan ada yang ditikam. Polisi pun ngga berani,” ujar seorang kawan ketika kuajak aksi. Kawan lain mengatakan hal yang sama. “Memang pada berani datang?”
Yasudah…aku di sini untuk mewakili. Membangkitkan keberanian.
Kubakar 8 lilin di pinggir jalan. Sambil tengak-tengok kalau-kalau ada haters Ahok, fans FPI, fans HTI, dan fans PKS lewat. Lalu kunyanyikan lagu garuda pancasila sendiri. Sambil ku teriakkan dengan pelan :
Luv U NKRI
Luv U Demokrasi!!!
Tegakkan hukum yang netral dan obyektif
Hapus UU Penistaan Agama
Bebaskan Ahok
Bebaskan pecinta demokrasi di Padang!!!
Aku tidak takut
Aku berani karena sendiri
Jika dengan aku sendiri saja mereka masih nafsu pengen mengintimidasi, membubarkan aku yang seorang diri…
maka akan kuteriaki
Cemen lu, beraninya keroyokan
Pernyataan Ibu ini menunjukkan bahwa ternyata di beberapa daerah yang cukup kuat massa kaum intolerannya, aksi seperti ini bukanlah aksi yang mudah. Ancaman keselamatan bukan isapan jempol karena sudah ada yang mengalaminya. Sungguh sangat mencekam.
Tetapi meski begitu banyak tekanan dan resiko yang akan dialaminya, Ibu Nurul dengan begitu elegan menunjukkan kecintaannya kepada NKRI. Tindakan yang sangat mengharukan dan menyadarkan kita bahwa mempertahankan NKRI itu tidaklah mudah.
Aksi lilin memang membuat parapenolak dan pembenci Ahok kejang-kejang. Setelah gagal membungkam pendukung Ahok dengan kekalahan di Pilkada dan malah diserang balik dengan papan bunga, kini kembali kena serangan balik dengan aksi lilin. Sebuah realita yang tentunya membuat mereka khawatir Ahok akan dibebaskan.
Jadi tidak heran kalau mereka saat ini melakukan serangan balik terhadap aksi 1000 lilin dio beberapa daerah yang FPInya cukup kuat. Di Pekanbaru sendiri serangan juga dilakukan dengan menyerang aksi lilin yang tidak bersih dan menunjukkan foto beberapa orang yang (sengaja) berpakaian FPI membersihkan bekas lilin. Sayangnya, editan kronologi dengan foto tersebut digagalkan.
Berikut kronologi yang berhasil dihimpun oleh Jeff..
Sekedar memberikan informasi tambahan perihal beberapa tautan yang secara tak sengaja telah saya lihat. selepas aksi 1000 lilin yang di laksanakan oleh para pendukung ahok kamis lalu, kita sama-sama tahu ada begitu banyak bekas lilin yang menghiasi tugu meriam jalan diponegoro.
kemudian saya melihat postingan tentang seorang bapak dan anak laki-laki kecil terlihat membersihkan sebagian sisa-sisa lilin, ketika ditanya kenapa, beliau berkata lebih baik saya bersihkan dari pada hanya ribut-ribut di internet. kalau tidak salah itulah yang bapak itu sampaikan,
jam 3 sore harinya pemandangan berganti, kali ini ada ibu-ibu beserta anak dan keluarganya yang kemudian bersih-bersih, ibu ini keturunan cina, kemudian disusul 3 orang anak muda yang datang juga untuk membantu membersihkan kalau saya lihat sepertinya mereka berasal dari suku melayu dan jawa, ketika jam menunjukkan pukul empat, sudah ada beberapa orang bapak-bapak juga dari etnis cina, datang untuk bersih-bersih, tidak lama berselang rombongan teman-teman dari laskar pembela islam, laskar pemuda melayu, dan ibu-ibu ber-niqab datang juga untuk membersihkan, ketika jam menunjukkan pukul setengah lima sore, sudah ada banyak sekali orang yang datang dari berbagai latar belakang suku, maupun agama, semuanya membersihkan, semuanya bahu membahu.
beberapa gadis-gadis etnis cina datang dan membagikan air mineral kepada yang membersihkan, kawan-kawan dari golongan muslim katakanlah demikian, membantu menyapu sisa lilin yang sudah dibersihkan oleh yang lain, menjelang sore malah ada yang membawa bebek goreng untuk di bagikan kepada yang bersih-bersih. canda dan tawa mulai terdengar, senyum mulai terpancar diwajah semua orang, tak sedikit mereka yang mulai berfoto bersama. orang-orang yang kalau kita lihat di sosial media seakan-akan saling membenci dan bertentangan, pada saat itu berdiri bersama dan tertawa.
anak-anak mereka pun tak kalah dengan yang tua, mereka bercanda bersama dengan riang gembira.
tidak ada yang mempermasalahkan siapa yang salah pada saat itu. semua fokus untuk membersihkan. terlepas dari apapun motifnya mereka datang ke tugu meriam kala itu, pada akhirnya mereka bekerja sama bahu membahu untuk tujuan yang sama.
kondisi politik memang sangat membuat kita terpecah. sampai terkadang kita lupa, kalau ternyata kita bisa bersama-sama mencapai satu tujuan yang sama.
sekian mungkin yang dapat saya tuliskan.
mohon maaf jika saya ada menyinggung beberapa suku dan etnis, tidak ada maksud untuk menonjolkan atau mendiskreditkan.
salam.
Karena itu, kita terus berharap perjuangan aksi solidaritas ini bukan hanya sebuah euforia semata dan seumur jagung. Harus terus digaungkan sehingga perjuangan tidak pudar begitu saja. Karena perjuangan kita bukanlah melawan penjajah kedaulatan negara melainkan penjajah ideologi NKRI dan Pancasila. Mari terus bersuara.
Palti Hutabarat
(seword/gerpol)