Gaya bicara AHY, Agus Harimurti Yudhoyono, mengingatkan kita pada gaya bicara Vicky Prasetyo. Iya! Vicky yang dikenal akan bahasa ajaib dan istilah yang aneh-aneh, serta penjelasan yang muter-muter jongkok. Demikian pula dengan AHY, kalau kita amati dan cermati gaya komunikasi dan penggunaan istilah, tidak jauh berbeda dari Vicky.
Berikut perbandingan antara gaya bahasa dan komunikasi Vicky dan AHY.
Vicky:
Di usiaku saat ini ya.. twenty nine my age ya, tapi aku masih tetap merindukan apresiasi karena basicly ya, aku seneng. Seneng musik gitu walaupun kontroversi hati aku menunjukkan kepada konspirasi kemakmuran yang kita pilih ya.. Nggak, kita belajar ya, apa ya.. Harmonisisasi dari hal terkecil sampai terbesar. Aku pikir kita tidak boleh ego terhadap satu kepentingan dan kudeta apa yang kita menjadi keinginan. Dengan adanya hubungan ini bukan mempertakut, bukan mempersuram statusisasi kemakmuran keluarga dia gitu, tapi kita mensiasati kecerdasan itu untuk labil ekonomi kita tetap lebih baik dan aku sangat bangga.
AHY:
“Apakah memang penggusuran itu the only solution? Kalau tidak harus menggusur tapi banjir tetap bisa diselesaikan, saya rasa itu lebih baik. Banyak kota di dunia, sekali lagi kita ilustrasi ya, itu juga di atas dia, ngapung dia. Artinya, tanpa harus digeser jauh-jauh, begitu ya, bisa dibangun lokasinya, kemudian mencegah banjir juga, begitu. Tentunya, saya akan terus mempelajari ini semua, tapi yang saya ketahui sekarang, karena banyaknya sedotan air, tanah begitu, itu yang menyebabkan menurunnya permukaan tanah. Bahkan di beberapa daerah, sampai 20 sentimeter per tahun. Berarti, naiknya permukaan air itu tidak sebanding dengan penurunan muka tanah. Itu juga yang membuat semakin memperburuk situasi kemungkinan terjadi banjir di Jakarta.”
Keduanya sama-sama ajaib dalam berbahasa bukan?