Koalisi SBY-AHY-Rizieq dalam Jatuhkan Ahok

1206059
Berbagi di Facebook
Tweet di Twitter
SBY dan Rizieq, Nachrowi, Ketua Timses AHY dan Sylvi, Cawagub AHY bersama Rizieq

Gerakan anti Ahok yang dimotori oleh FPI dan sejumlah ormas Islam sukses menggiring Basuki Tjahja Purnama alias Ahok sebagai tersangka. Nasib mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut kini berada di ujung tanduk, terancam masuk penjara.

Tokoh sentral Front Pembela Islam (FPI), Rizieq Shihab mendapat apresiasi dari berbagai kalangan. Hampir lima tahun perseteruannya dengan Ahok berujung aksi massa damai terbesar bernuansa Islam pasca tumbangnya rezim Orde Baru.

Jurnalis senior sekaligus pendiri blog kompasiana, Pepih Nugraha secara spesial menyoroti ketokohan Rizieq Shihab. Sembari melempar isu bahwa Imam Besar FPI itu secara politik makin diperhitungkan dan layak jadi calon presiden di Pilpres 2019.

Pepih Nugraha mengamati banyak tokoh yang hadir di demo besar 4 November lalu, namun Habib Rizieq menuai simpati dan dukungan publik. “Nama Rizieq Shihab-lah yang paling fenomenal. Belakangan ramai beredar meme di media sosial tentang dukungan terhadap dirinya sebagai calon presiden 2019.” 

Siapa saja bebas berpendapat dan memuji perjuangan Rizieq Shihab yang terkenal getol menyulut kemarahan ummat Islam kepada Ahok. Tapi soal dirinya layak dan berpeluang maju sebagi calon presiden, Wallahu A’lam Bishawab! 

 SBY dan FPI Gabung Jurus

Yang jelas gerakan anti Ahok yang gencar disuarakan oleh FPI dan ormas-ormasi Islam secara langsung telah mengubah peta politik Pilgub DKI Jakarta. Usai aksi 4 November, sejumlah lembaga survei menyebutkan bahwa elektabilitas Ahok terjun bebas.

Kompas.com menyuguhkan hasil terbaru survei Indikator menempatkan pasangan calon gubernur dan calon wakil gubernur Agus Harimurti Yudhoyono dan Sylviana Murni di urutan pertama, berada di angka 30,4 persen.

Agus-Sylvi mengungguli pasangan Ahok dan Djarot Saiful Hidayat yang berada di urutan kedua dengan eletabilitas 26,2 persen. Sementara itu, pasangan Anies dan Sandiaga di urutan ketiga dengan elektabilitas 24,5 persen.

Sebagian kalangan berpendapat, tanpa keterlibatan mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, aksi 4 November tidak akan membludak. Dua hari sebelum aksi massa, SBY mendadak tampil menggelar jumpa pers, mendesak penuntasan kasus Ahok.

“Kalau ingin negara ini tidak terbakar oleh amarah para penuntut keadilan, Pak Ahok mesti diproses secara hukum. Jangan sampai beliau dianggap kebal hukum,” ucap SBY.

Pernyataan SBY secara politik dinilai cukup efektif untuk menyemangati ummat Islam agar turun ke jalan melakukan aksi damai besar-besaran. Manuver yang wajar, sebagai pribadi muslim SBY berhak menunjukan solidaritas dan gusar ketika kesucian Al Qur’an dilecehkan.

Tapi bagi kelompok pendukung Ahok menuding manuver SBY demi mengais untung dengan dalih membela kesucian Islam. Padahal targetnya elektabilitas Ahok rontok di Pilgub DKI sekaligus memuluskan hajat sang putera tercinta jadi gubernur.

Monggo berbeda pendapat, yang jelas, tidak ada larangan bagi siapapun untuk berserikat dalam gerakan solidaritas Islam yang tujuannya menuntut keadilan atas kasus penistaan agama. Singkatnya, kalaupun SBY gabung jurus dengan FPI sah-sah saja!

Kini Ahok sudah kalah dan Habib Rizieq kebanjiran pujian, konon dapat pahala berlimpah serta digadang-gadang jadi calon presiden. Begitu pula SBY bisa tersenyum lebar, maklum selangkah lagi Agus Yudhoyono akan tampil sebagai pemenang di Pilgub DKI.

Apakah semua pujian dan kemenangan dimaksut adalah tujuan dari gerakan membela Islam? Hanya Tuhan yang tahu. Semoga mereka yang berhati tulus dan berpikir cerdas dapat menarik kesimpulan tentang ihwal tersembunyi di balik gerakan anti Ahok!

***

Faizal Assegaf

sumber: pepnews.id