Prabowo, Anies dan Mafia Freeport

1022011
Berbagi di Facebook
Tweet di Twitter

Pemerintahan Jokowi “Butuh” dukungan ekstra dari rakyatnya, agar “Chaosopi” dunia barat tak bisa menekan Pemerintah dlm berikan kontrak baru, dan kali ini kemunculan saya khsus untuk mendefend “Pemerintah”, dalam menghadapi “Chaosopi” pasca pembaharuan kontrak Freeport.

Bersukur pemerintahan SBY sudah berlalu, kalau SBY masih berkuasa saat ini, kontrak Freeport akan diperpanjang semudah membalik telapak tangan. Gaya-gaya SBY itu mirip dengan Soeharto, apalagi dia “seorang ahli ekonomi”, dipastikan SBY tidak akan berani “merebut” Freeport.

Seorang Ahli ekonomi biasanya hanya mementingakan “keuntungan” semata. ga perlu berperang, asal aman, duit lancar terus. Tengoklah perpecahan negara ini ketika era Soeharto, perpecahan itu “sengaja” dicipta untuk merebut Freeport!

Berbeda dengan prinsip Pakde yang keras kepala dan suka menantang negara-negara adidaya. Mulai dari kasus papa minta saham, hingga yang terbaru pengunduran Presdir Freeport dan ancaman-ancaman Freeport lainnya

Bukan hanya kali ini saja kita dihebohkan dengan masalah Freeprot, kasus ini sudah beberapa kali timbul tenggelam. Selain penjajahan “Konsumeris” yang dilakukan Jepang, kita juga sedang diperhadapkan dengan penjajahan “Freeport”

Perlu dicatat, “timbul tenggelam” nya kasus Freeport ini merupakan indikasi bahwa ada “kekuatan” yang saling berperang menutupi vs memunculkan. Sadar atau tidak, setiap kali Freeport ingin “mengatur” kontrak, negara ini selalu menghadapi kekacauan dan krisis persatuan.

Krisis persatuan pertama terjadi pada tahun 1967, dimana perusahaan ini pertama sekali menancapkan “kekuasaan”. Di tahun yang sama bapak Proklamator kita akhirnya menandatangani Surat Pernyataan Penyerahan Kekuasaan di Istana Merdeka.

Di tahun yang sama, yang masih saya ingat jelas peristiwa menyedihkan itu, kesehatan bapak proklamator semakin menurun. Dua tahun sebelum pendirian Freeport, kekacauan demi kekacauan terjadi. Puncaknya tahun 1965 kita kenal dengan istilah G30SPKI. Kekuatan-kekuatan menutupi itu banyak sekali, bahkan dari pihak “media” pun sering terlibat, tentu saja media.

Peristiwa 30 September itu terjadi penculikan Perwira TNI dari Angkatan Darat, entah kenapa hanya angkatan darat yang diculik.

Freeport punya kontrak penuh selama Soeharto menjabat, dan ketika dibutuhkan perpanjangan lagi, Soeharto masih menjabat. Usut punya usut, Soeharto memperpanjang kontrak tahun 1991. Freport aman lagi, bebas keruk kekayaan Indonesia

Saya asumsikan anda sudah mengerti tentang Kontrak Karya dan IUPK. Disini saya tak bahas apa yang sudah dibahas media, disini kita hanya akan bahas masalah-masalah “underground”.

Orang-orang bodoh yang mau dipecah belah, silahkan angkat kaki, orang-orang yang hanya melihat drama “penistaan agama” yang dikaitkan dengan Jokowi, silahkan angkat kaki, Orang-orang yang hanya melihat Indonesia dari lubang jarum, silahkan angkat kaki.

Apa yang terjadi saat ini, selalu berhubungan erat dengan masa-masa tenggat berakhirnya kontrak Freeport. 60 tahun kontrak Freeport, yang jika kita memandang ke belakang, semua kontrak Freeport dibackup oleh rezim Soeharto.

Lantas apa hubungan kontrak Freeport dengan segala kemelut “timbul tenggelamnya” issu Freeport?

Jelas sangat berhubungan, Kekuatan yg membacking Freeport ingin pecah belah kita, seperti dulu, kekuatan itu ingin memecah belah kita dengan cara yang sama, sama persis, tak ada bedanya.

Dulu Soekarno dituduh Komunis, sekarang Jokowi dituduh Komunis, dulu Soekarno di kudeta. sekarang, Jokowi ingin dikudeta. Cara-cara Propaganda yang membackup kepentingan Freeport di Indonesia itu sama, yang penting mereka dapat kontrak.

Lihatlah, saat pemerintah bertarung menyerang Freeport, Indonesia malah diserang dengan issu perpecahan yang diakibatkan kasus fiktif.

Misalnya, Antek Barat yang satu ini memperkeruh masalah dengan issu “banjir”.
(baca: Di Lokasi Banjir Anies Malah Nyinyir dan Tanya-Tanya Ahok)

Harus diakui, dari semua gubernur DKI yang dulu-dulu, Ahok lah yang paling serius menangani banjir. Banjir Jakarta tak dapat diselesaikan dalam waktu singkat, itu sebabnya kita harus mencari orang yang paling serius tangani banjir.

Ahok sudah terbukti serius tangani banjir, marilah kita lanjutkan kepemimpinannya. Saya tidak percaya kepada Anies!

Loh.. apa hubungan Freeport dengan Gubernur DKI?

Sangat berhubungan saudara-saudara, Pilgub DKI ini sangat menentukan, karena ini salah satu “anak tangga” merebut simpati masyarakat, salah satunya pemberitaan “berlebihan” mengenai kasus sidang Ahok, padahal Pilgub DKI tak sepenting perebutan “Freeport”

Pilgub DKI terbukti manjur memanggil orang-orang tolol pembela agama dari berbagai pulau di Indonesia, setelah “anak tangga” ini berhasil dipijak, rakyat terpecah, rakyat pendukung pemerintah akan “berusaha” tetap mendukung pemerintahan, sementara rakyat tolol yang terlanjur berseberangan dengan pemerintah akan konsisten membahas kasus “penistaan”, dan melupakan Freeport

Mereka pembela agama akan berhasil menenggelamkan hangatnya issu Freeport, hingga pada akhirnya pemerintahan Jokowi berakhir. Jikalah anda tahu siapa adik Prabowo Subianto, anda akan menangis tersedu-sedu dan menyesal pernah mendukung Prabowo.

Kembali saya menyegarkan memori anda, memori yang sudah lama terhapus atau mungkin baru pertama kali anda mendengar informasi ini. Jika pemerintahan Jokowi berakhir di 2019, Prabowo akan ambil alih pemerintahan dan lanjutkan kontrak dengan Freeport.

Adik Prabowo, dan juga Prabowo adalah pintu masuk Freeport untuk kuasai tambang-tambang di Indonesia. (cek detik.com: Pengakuan Hashim Djojohadikusumo Dukung Rothschild Singkirkan Bakrie di Bumi)

Dalam berita yang saya bagikan barusan, disebut lagi nama Hary Tanoe. Terlihat jelas keterkaitan antara HT dan koloni Prabowo.

Jujur, saya sama sekali tidak menyangka keterlibatan HT dalam banyak masalah di negeri ini.. HT luput dari pantauan saya, menurut gosip-gosip, hasil kekayaan yang didapat HT dari kedekatannya dengan keluarga cendana, ketika keluarga cendana berkuasa, media-media di Indonesia banyak yang dibredel, entah kenapa media HT aman tentram dan terkendali

Syukurlah Antasari berani ungkap HT adalah seorang “cukong” sebenarnya, penghubung antara penjajah dengan pemerintahan korup SBY. (Baca: Namanya Disebut Antasari Azhar, Hary Tanoe Dukung Anies Baswedan)

Gubernur Cina dituduh cukong, sementara cukong yang sebenarnya tertawa terbahak-bahak dibalik layar, Gubernur yang jelas-jelas bekerja untuk rakyat dan anti korupsi malah dikriminalisasi. (Baca: KH.Mustofa Bisri : Kasus Ahok ‘Digoreng’ dengan Catut Agama)

Ketika pemberitaan “kesaksian Antasari” yang meledak, sekarang sudah tenggelam oleh pemberitaan berlebihan banjir.

Memang berat menjadi orang yang mengetahui “sedikit” informasi sangat penting. Kita berpikir seribu kali untuk mengungkapkannya atau tidak, didepan mata kita terhidang kasus besar, kasus yang dibawa Antasari, tapi kita malah tersulut oleh “lagi-lagi” kasus penistaan agama

Sadar atau tidak sadar, Anies-Sandi sedang mewujudkan “keserakahan” Freeport, karena dia akan menjadi anak tangga Prabowo menuju Pilpres.
(Baca: 10 Alasan untuk Tidak Memilih Anies-Sandi)

Bahkan Prabowo sendiri yang mengungkapkannya didepan ribuan pendukungnya yang tolo

Di grup saya, foto ini bisa dibahas seharian penuh. Karena dalam sebuah foto tersimpan sejuta maksud politik

Psikolog yang ada di grup saya akan mengomentari “gesture” dan cara prabowo menyampaikan pidatonya. Ahli ekonomi kan mengomentari Sandi, ahli politik akan mengomentari Anies adalah representasi SBY dalam pertemuan itu.

Kebetulan saya “agak emosian”, tak tahan dengan semua informasi kelas berat itu hanya tersimpan dipikiran saya sendiri, dan hari ini grup itu sedang bercanda-gurau membahas keterkaitan antara HT-SBY-Prabowo-Anies-Sandi-Antasari-Ahok-Jokowi-PKI-Zionisme

Sadar atau tidak, adik Prabowo berhubungan dekat dengan HT dengan Rothschild dan dengan semua “cukong” yg menuduh Ahok “cukong”

(@pseudosopi/gerpol)