“Ulama yang bejat, ulama yang buruk, ulama yang busuk, ulama yang suka memutarbalikkan ayat. Menghalalkan yang haram, mengharamkan yang halal, yang menggunakan ayat-ayat Alquran untuk membenarkan daripada kemungkaran dan kebathilannya. Jadi kata nabi ini lebih bahaya dari dajjal, lebih menakutkan dari dajjal saudara. Dia nipu umat pakai ayat quran, dia nipu umat pakai hadis nabi.”
Video Rizieq FPI Sepenggal paragraf di atas adalah sebuah ironi dan inkonsistensi berpikir serta bersikap dari seorang Rizieq Syihab. Pemimpin FPI ini sebelumnya menghujat dan menyerang Ahok karena dituduh menistakan Alquran. Dilihat dari konteksnya, kita bisa temukan hal yang sama dengan menggunakan kata “pakai” yang diucapkan oleh Ahok dan Rizieq dalam pidatonya. Lalu dengan konteks kalimat yang sama, mengapa Ahok didemo dan kasusnya seakan-akan dibesarkan? Hidden Agenda dan ditunggangi oleh kelompok tertentu disinyalir menjadi penyebab demo ini menjadi perhatian publik.
Kita melihat terang ada kepentingan sekelompok orang untuk menggulingkan Ahok dan menjeratnya ke dalam jeruji besi bahkan dengan ancaman fatal: DIBUNUH. Demokrasi di negara ini bak sebuah paradoks. Seorang yang mengaku ulama dan mempunyai barisan pendukung dengan lantang menyuarakan kebencian terhadap seseorang.
Alih-alih menyerukan kerukunan dan saling menghormati terhadap individu dan agama lain, Rizieq malah menyuarakan perang dan kebencian terhadap orang yang dianggapnya tidak sesuai dengan dirinya dan organisasi yang dia pimpin. Seperti inikah sosok ulama yang harus diikuti oleh masyarakat? Ulama yang menyebarkan kebencian, menunggang isu-isu SARA, sikap dan tingkah lakunya sangat jauh dari ajaran Islam yang mencintai kedamaian.
Organisasi besar seperti NU dan Muhammadiyah melalui pemimpinnya dengan tegas mengatakan bahwa mereka menghormati proses hukum yang berjalan dan seharusnya demo tersebut tidak perlu dilakukan. Sikap dua ormas ini sangat menyejukkan dan menghormati negara ini yang berdasarkan hukum. Harusnya ulama-ulama seperti inilah yang didengar oleh masyarakat. Sudah saatnya kita bersikap. Agama dijadikan komoditas politik dan senjata sekalangan kaum untuk memecah belah bangsa yang selama ini dibangun atas dasar kebhinnekaan.
Dengan kejadian ini semoga kita sadar dan dengan akal sehat bisa menilai bahwa Ahok bukan seorang penista agama. Terima kasih Rizieq Syihab, anda membuka mata bangsa ini khususnya rakyat Jakarta untuk lebih yakin memilih pemimpin seperti Ahok yang berpihak kepada rakyat. Pemimpin yang dalam ucapan dan tindakannya selaras dan seimbang sehingga tertib dalam bertindak.
Terima kasih juga untuk komunikasi tersirat dalam pidato anda yang menunujukkan bahwa Ahok tidak bersalah dan tidak ada keraguan dalam pidatonya di Kepulauan Seribu. Disamping itu rekaman pidato ketua FPI ini juga bisa membantu aparat penegak hukum dalam mempertimbangkan dan menyelesaikan kasus terhadap Ahok dan membuka mata publik bahwa Ahok dianiaya dan didiskriminasi oleh kepentingan tertentu.
sumber: kompasiana.com