Pada 31 Oktober 2016 lalu, PGI telah mengeluarkan Pesan Pastoral PGI terkait dengan Pilkada yang diharapkan menjadi pedoman bagi warga gereja dalam mebghadapi Pilkada yang berlangsung 15 Februari 2017 di berbagai daerah di Indonesia.
Terkait dengan Pilkada DKI Jakarta tahap kedua yang akan berlangsung 19 April 2017 yang akan datang, ijinkan saya menggaris-bawahi kembali Pesan Pastoral tersebut seraya menyampaikan himbauan berikut kepada warga gereja dan masyarakat yang berada di Jakarta:
1. Kami menghimbau Saudara untuk menggunakan hak pilih Saudara sebagai bentuk tanggung jawab iman percaya Saudara. Dengan memilih, Saudara bisa menentukan orang yang tepat untuk memimpin Jakarta untuk jangka waktu lima tahun ke depan. Olehnya, sikap menghindari Pilkada oleh rupa-rupa sebab dapat dinilai sebagai penghindaran diri dari rasa tanggung-jawab atas masa depan bersama.
2. Hindarilah penentuan pilihan atas dasar transaksional. Kepentingan bersama untuk jangka panjang, terlalu mahal untuk dikorbankan untuk kepentingan segelintir orang dab untuk jangka pendek. Olehnya hindarilah politik uang dan pertimbangan-pertimbangan emosional. Politik uang hanya merupakan pembodohan rakyat dan merusak substansi demokrasi kita. Dengan demikian, politik uang adalah dosa yang harus dihindari.
3. Lalu pertanyaannya, siapa yang akan dipilih! Seperti apakah pemimpin yang baik? Kitab Keluaran 18:21 mengatakan bahwa mereka yang layak dipilih sebagai pemimpin haruslah “orang-orang yang cakap dan takut akan Allah, orang-orang yang dapat dipercaya, dan yang benci kepada pengejaran suap.” Atas dasar itu, hendaklah Saudara memperhatikan hal-hal berikut dalam menentukan Pilihan Saudara:
a. Di tengah kebebasan Saudara memilih, kami mengajak Saudara untuk sungguh-sungguh memilih di antara calon yang sudah teruji kecakapannya dalam mengabdikan diri kepada masyarakat, dan tidak terjebak pada janji-jani manis yang belum teruji kebenarannya. Perhatikanlah jejak para calon apakah memang sudah memiliki rekam jejak yang berprestasi.
Baca:
- Menepuk Isu SARA Terciprat Muka Anies dan Sandi
- Miskin Program, Anies-Sandi Memainkan isu SARA untuk Menjatuhan Ahok-Djarot
b. Perhatikan pula rekam jejak mereka, apakah memang selama ini membenci suap. Komitmen pada penghapusan korupsi tidak bisa hanya pada ungkapan-ungkapan verbal tetapi harus nyata melalui tindakan nyata. Korupsilah yang membawa masyarakat kita terpuruk pada kemiskinan. Olehnya pilihlah di antara calon yang sudah teruji memang bebas dan anti korupsi.
c. PIlihlah pasangan calon yang dapat dipastikan merupakan pasangan yang harmonis dan bisa saling melengkapi. Sebab jika pasangan calon tidak kompak, tidak harmonis, tidak saling mendukung, maka sudah pasti proses pemerintahan akan mengalami hambatan dan rakyat akan merasakan akibatnya.
d. Yang tak kurang pentingnya adalah memperhatikan gabungan partai politik yang mengusung pasangan calon. Cermatilah idiologi apa yang ada di balik partai-partai pengusung, rekam jejak mereka, kelompok organisasi sayap pendukung apa yang ada di dalamnya, siapa saja tokoh utama yang berpengaruh terhadap partai tersebut.
Apakah ada partai itu yang tidak secara jelas menjadikan Pancasila sebagai pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, melainkan ideologi lain. Hal-hal ini penting agar jangan sampai pasangan calon terpilih disandera atau dipengaruhi oleh partai-partai tersebut dalam menjalankan pemerintahan.
e. Selain itu, perhatikan juga bangunan koalisi para pendukung calon tersebut apakah bersifat transaksional atau memang sungguh-sungguh untuk kepentingan kesejahteraan rakyat.
Bagaimana komitmen para pendukung tersebut terhadap pemberantasan korupsi serta kebebasan beragama dan berkeyakinan di Indonesia.
f. Hindarilah memilih pasangan calon yang memiliki komitmen bagi kebangsaan kita, yang tidak hanya mengedepankan sekelompok orang seraya menegasikan kelompok lainnya dalam masyarakat. Demikian pun calon yang menghalalkan segala cara demi meraih simpati pemilih seperti kampanye jahat yang hanya bertujuan menjelek-jelekkan calon lain, serta selalu mengangkat isu SARA sudah pasti mencederai demokrasi dalam pemilu dan merusak bangunan kebangsaan kita. Marilah kita jadikan Pilkada ini menjadi ajang bagi kita untuk memilih pemimpin yang mampu menjaga tegaknya NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 45.
4. Kami juga menghimbau seluruh warga untuk ikut aktif mengawasi jalannya Pilkada ini agar kualitas Pilkada terjamin. Jangan sungkan dan takut untuk melaporkan segala bentuk pelanggaran kepada pihak yang berwajib, termasuk para pelaku kampanye jahat.
Marilah kita jalani Pilkada ini dengan sukacita sebagaimana layaknya Pesta Demokrasi. Hendaknya kita semua bahu membahu untuk mmeelihara kedamaian agar proses Pilkada ini dapat berlangsung secara tertib dan aman.
6. Kepada penyelenggara Pilkada yakni KPU, Bawaslu/Panwas, kami berdoa dan berharap, semoga Saudara mampu melaksanakan mandat secara profesional dan bertanggung jawab, jujur, adil, transparan dan tidak memihak. Masa depan demokrasi kita bergantung pada integritas dan kejujuran Saudara.
7. Dan kepada Aparat Keamanan, sebagai komponen utama dalam proses demokratisasi Indonesia, kami mendoakan agar aparat keamanan mampu melakukan tugas dan tanggung jawabnya dengan tulus, baik dan professional, sehingga Pilkada dapat berjalan dalam suasana yang kondusif, aman dan tenteram bagi seluruh warga dalam menggunakan hak pilihnya.
Semoga Allah, Sang Pelantan Kehidupan, upaya baik kita sehingga pesta demokrasi Indonesia ini bisa dinikmati dalam suasana kegembiraan.
Jakarta, 16 April 2017
Pdt Gomar Gultom, Sekretaris Umum PGI
(gerpol)