Gara-gara masalah dana kampanye, Anies dan Sandiaga berantem. Sandiaga sudah menghabiskan semua tabungannya untuk mendanai kampanye Pilgub, sampai-sampai dia harus ngemis-ngemis ke pengusaha-pengusaha. Sementara Anies berpangku tangan dan bermanis muka.
Ketegangan hubungan Anies Sandi sudah tercium setelah dinyatakan sebagai pemenang kedua putaran pertama Pilkada DKI Jakarta. Pangkal soalnya apalagi kalau bukan duit.
Baca:
- Terbongkar Anies-Sandi Berantem Soal Dana Kampanye dan Debat Kompas TV
- Terbongkar! Anies Sandi Pengecut, Intimidasi KompasTV
- Anies Sandi Takut Debat, Rosi Kompas TV Malah Berterima Kasih pada Prabowo, Ada Apa?
Sandi selalu menyindir biaya kampanye yang telah dikeluarkan sudah sangat banyak.
Sementara Anies, sebagai calon orang nomor satu tidak punya uang. Bahkan setidaknya tidak ikut mencari donatur.
Berapa duit yang sudah dikeluarkan Sandi? Rp200 Miliar! Iya Sandi sudah menghabiskan tabungannya 200 Miliar!
Yang bikin Sandi gondok karena banyak sekali keputusan timses yang tidak melibatkan Sandi. Klik, intrik dan faksionalisasi di tim makin kelihatan. Anies-Eep-Mardani-PKS vs Sandi-Prabowo-Gerindra.
Peristiwa terakhir adalah soal debat di Kompas TV yang seharusnya dihadiri oleh Anies Sandi atas desakan Prabowo dan Sandi, namun Tim sepihak Anies yang dimotori oleh Eep Saefulloh Patah dan Mardani Ali Sera menelikung dengan membatalkan acara itu sehingga Pasangan Anies Sandi dipermalukan dan menjadi bulan-bulanan di publik.
Kegeraman Sandi soal biaya yang sudah dikeluarkan sedemikian besar, akhirnya beberapa pekan lalu Anies disodori kontrak untuk ikut membantu biaya kampanye.
Dalam akta itu (yang copy dokumennya masih diburu oleh gerilyawan kami), Anies meneken surat bermeterai yang nilainya hampir Rp 50 Miliar.
Lantaran Anies tak punya uang, maka komitken itu dianggap sebagai hutang yang akan dibayarkan bila dilantik sebagai gubernur dan wakil gubernur Jakarta.
Bagaimana jika kalah? Itu dia masalahnya. Tak bisa dibayangkan bagaimana sepasang calon ini sudah bicara duit yang bisa didapat setelah berkuasa, maka jika benar akan berkuasa akan menghalalkan segala cara.
(Gerpol)