Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda (PC GP) Ansor Kabupaten Sidoarjo mengecam pernyataan mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD yang menyayangkan sikap GP Ansor dan Banser Sidoarjo karena menolak penceramah Cholid Basalamah di Masjid Salahuddin, Perumahan Puri Surya Jaya Gedangan, beberapa hari lalu.
Menurut Ansor, pernyataan Mahfud melalui akun Twitter pribadinya tersebut dijadikan rujukan beberapa media sosial yang selama ini mendiskreditkan Ansor. Media sosial itu menyudutkan Ansor bahwa mereka telah berlaku anarkis dan tidak manusiawi kepada sesama muslim
“Kami mengecam pernyataan Mahfud yang menyayangkan perjuangan kita sebelum ia mengetahui duduk persoalan dan fakta di lapangan,” tegas ketua PC GP Ansor Sidoarjo H Riza Ali Faizin melalui pers rilisnya di Sidoarjo, Selasa (07/03)
Riza mengatakan, mungkin Mahfud hanya mendengar atau membaca beberapa media online yang memberitakan kalau Ansor telah melakukan pembubaran pengajian Chalid Basalamah. Padahal secara jelas kapolresta Sidoarjo menyatakan tidak terjadi pembubaran (Senin 6 Maret 2017).
Seharusnya sebagai Intelektual, guru bangsa, bahkan tokoh Nahdlatul Ulama, Mahfud sebelum berkomentar melakukan klarifikasi dan memastikan terlebih dahulu kejadian yang sebenarnya. Menurut Riza, tentu budaya literasi-membaca, menyaring dan memastikan terlebih dahulu kebenaran serta validitas kabar, baik dimedia online dan situs media massa lainnya sebelum menanggapi atau menyebarkannya sangat perlu untuk diterapkan
“Bagi kami inilah gaya mereka dalam berdakwah. Menyebarkan berita bohong, menceritakan kejadian yang tidak sebenarnya, mendramatisasi untuk mengambil simpati yang menjadi dasar kenapa kami harus menolak dan mewaspadai karena hal ini akan mengganggu kondusivitas serta mengancam kerukunan umat beragama,” ujarnya
Riza berharap polisi bertindak tegas kepada siapa saja yang menyebarkan berita bohong, penebar kebencian dan hoax. “Bayangkan selevel Pak Mahfud saja menjadi korban hoax, apalagi mahasiswa dan kita masyarakat awam.
“Mudah-mudahan ke depan masyarakat terutama para tokoh yang menjadi rujukan publik lebih berhati-hati dalam berkomentar terutama di media sosial. Ada kemungkinan pernyataan tersebut dapat dijadikan alat untuk mendiskreditkan kelompok lain dan lebih parahnya kalau dijadikan alat untuk mengadu domba serta memecah persatuan,”pungkas Riza Ali Faizin (*)
(sidoarjotimes/gerpol)