Dr. Thamrin Amal Tomagola: “Sebagai bagian dari kaum cendekiawan bangsa ini seyogianya kita menggunakan keluasan wawasan, kedalaman ilmu dan ketajaman analisa untuk ikut mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bukannya hanya sekedar mencari nafkah dengan menjerumuskan negara-bangsa dan masyarakat kedalam kegelapan perpecahan akibat benturan fanatisme sektarian SARA dan menodai rumah ibadah dengan najis2 kebencian paling busuk dalam sejarah Islam Nusantara.
Apa artinya ‘mencerdaskan kehidupan bangsa’ Bung Eep ? Menurut saya, mencerdaskan kehidupan bangsa itu sangat perlu dilakukan pada tiga tataran: tataran personal, setiap WN Indonesia harus cerdas; kedua, pada tataran institusional, menegakkan pilar2 kelembagaan (sosial, politik, ekonomi dan budaya) yang mampu mengelola berbagai sumberdaya strategis dalam keempat ranah itu untuk sebesar-besarnya kemaslahatan umum/publik; serta ketiga, kecerdasan managerial strategis-operasional. Kita, kaum cendekiawan, sudah sepantasnya sadar akan berbagai potensi negatif yang akan menghalangi bahkan menghancurkan kecerdasan personal, kecerdasan institusional dan kecerdasan managerial-strategis operasional yg dengan susah payah secara kumulatif kita bangun dari masa ke masa.
Sebagai senior yg pernah sangat bangga dengan kecerdasan analitis Anda Bung Eep yg pernah saya sampaikan langsung pada Anda di Lapangan Parkir FISIP UI bahwa bobot pencapaian analitis Anda jauh melampaui semua senior Anda di Departemen Politik FISIP UI, sungguh sangat kecewa dengan akrobat konsultasi politik yang Anda anjurkan kepada salahsatu paslon Pilkada DKI.
Bung Eep, Anda berkilah bahwa Ahok dan Tim Ahok tidak cerdas untuk mengantisipasi dan menghindari menyentuh issue SARA bahkan Ahok menjebol bendungan issue SARA. Bahwa di AS pun issue agama muncul saat pertarungan Kennedy Vs Nixon. Saya pikir Anda benar sampai dengan batas kalimat2 yg saya kutip. Tapi mengapa Bung Eep tidak segera menambahkan bahwa di pemilu AS, issue agama tidak pernah merupakan issue dominan yg sampai memecah-belah bangsa Amerika. Mengapa Bung Eep tidak segera menambahkan bahw yg dominan di AS adalah adu program2 kebijakan publik ? Bukan adu emosi sentimen agama ? Mengapa pula, secara tersirat Eep anjurkan penggunaan mesjid-mesjid sebagai ajang kampanye Pilkada DKI ? Mengapa Bung Eep ?
Pada saat Bung Eep berbuat begitu maka menurut saya sebagai cendekiawan yg bertanggung-jawab mencerdaskan kehidupan bangsa, Bung Eep telah mengkhianati tugas suci kita sebagai cendekiawan negara-bangsa ini. Beristihfarlah Bung Eep.
Semoga Allah mengampuni dosa2mu menggunakan kecendekiawananmu bukan untuk kemaslahatan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa tapi malah menjerumuskan mereka kedalam bara dan api emosi keagamaan yg membabi-buta. Semoga rakyat dan banggsa Indonesia juga memaafkan karna maklum Anda sekedar terpeleset dalam mencari nafkah. Amien YRA”
(gerpol)