Mau bikin 200.000 wirausaha baru??? Tapi mantan karyawannya ditelantarkan??? Oce oye boong lagi….???
Saya mulai tahu nama Sandiaga Uno kira-kira empat tahun lalu saat saya masih jadi mahasiswa.
Waktu itu, saya lgi tertarik membaca biografi pengusaha sukses. Dan pas googling ketemulah situs yg bahas tentang cerita suksesnya si sandiaga ini. Nama situsnya saya lupa.
Tapi intinya, pas baca cerita di situs tersebut, saya langsung terkesan betapa sempurnanya hidup sandi ini. Sudah tampan, soleh (rajin ibadah bahkan ga pernah ketinggalan puasa senin-kamis), cerdas dan yang paling utama: kaya raya.
Ngomongin kecerdasan. Ga usah diragukan deh. Dia lulusan S2 universitas Amerika dengan predikat summa cumlaude, IPK nya aja 4. Lha wong saya dapat gelar S1 aja udah mepet batas DO.
Kemudian ngomongin bisnis juga ga usah ditanya, hanya dalam waktu singkat, namanya tiba-tiba tercatat sbg salah satu orang terkaya di Indonesia versi majalah forbes. Padahal usianya waktu itu blm genap 40 tahun.
Di dunia bisnis, Sandi dikenal piawai dlm memoles perusahaan. Dia akuisisi perusahaan yang mau bangkrut dengan harga murah, kemudian dia poles dan jual dengan harga mahal. Bahasa kerennya dlm dunia investasi buy low sell high.
Di balik tampangnya yg kalem, Sandi juga dikenal jago lobby. Setelah di PHK dari berbagai perusahaan akibat krisis 98, Keahlian lobby inilah yg membuat dia bisa masuk ke keluarga wiliam suryadjaja sehingga bisa sukses seperti sekarang.
Dua tahun lalu, saya bersyukur bisa bertemu langsung dengan sandi ketika bekerja di media miliknya: Indonesia Finance Today (IFT). Waktu itu, saya bekerja di perusahaanya baru sekitar 1,5 bulan.
Pertemuan itu, bertempat di Golf Driving Range Senayan. Agendanya sharing ilmu dan perkenalan staf redaksi dengan Big bos IFT. Waktu itu, Big bos yang datang Sandi, Aditya Chandra Wardana dan satu lgi saya lupa namanya, yg saya ingat dia laki-laki berambut perak dg usia kira-kira 60 tahunan.
Acara dipandu langsung oleh dua wakil Pemred IFT: Dudy Rachman dan EW. Setelah pemandu acara basa-basi dan memperkenalkan awak redaksi. Giliran Big Bos ngasih ceramah. Isi ceramahnya saya hanya ingat sedikit.
“Wartawan IFT harus yang paling awal bertanya pada narasumber. Jangan mengekor sama media lain. Dan harus tahu objek yg akan ditulis. Misalnya nulis kilang minyak. Kita harus tahu bentuknya seperti apa. Jangan sampai nulis kilang tapi tidak pernah tahu wujudnya,” kata ACW.
Sementara dalam paparannya, Sandi lebih menceritakan pengalaman dia ketika menjadi narasumber. Dan juga memberikan tips bagaimana caranya agar narasumber mau buka mulut terkait data. “Kalau narasumber enggan menyebutkan angka. Coba pancing dengan menyebutkan data yang salah. Biasanya narasumber mau tidak mau buka mulut buat koreksi datanya,” kata dia.
Setelah pertemuan itu, kekaguman saya terhadap Sandi makin bertambah. Sebab, selain dia memang cerdas dan pintar. Dlm realitanya dia sosok yg benar-benar santun. Tutur katanya halus dan lembut. Mannernya juga sangat baik. Dia mendatangi masing-masing karyawan untuk menyalaminya stlah acara usai.
Tapi kekaguman saya sama Sandi ternyata hanya bertahan sebentar. Beberapa bulan saya jadi reporter di desk ekonomi, saya mulai tahu beberapa isu miring tentang dia. Dari mulai kasus depo pertamina di mana dia bersengketa langsung dengan anak wiliam (Edward Suryadjaja) hingga kasus korupsi dan pencucian uang di saham Garuda Indonesia.
Isu itu jamak diketahui oleh wartawan ekonomi. Tapi saya tidak percaya dengan isu-isu tersebut. Alasan saya simpel. Kalau memang dia terlibat. Kenapa dia tidak dipenjara. Kan ini negara hukum, kalau memang dia terlibat harusnya kan dia masuk bui. Faktanya dia hingga saat ini masih bebas kan. Bahkan kini jadi calon wagub Jakarta.
Kekaguman saya dengan Sandi mulai hilang saat gaji saya sering telat. Setelah saya tiga bulan bekerja di IFT, pembayaran gaji mulai telat. Kadang telat tiga atau empat hari. Bahkan pernah lewat seminggu atau dua minggu. Dan yang paling menarik mungkin. Pernah pembayaran gaji dilakukan dengan cara diangsur.
Ketelatan pembayaran gaji ini membuat saya bertanya, Bagaimana mungkin orang yang pernah terdaftar sebagai orang terkaya Indonesia versi majalah forbes ini tidak sanggup bayar karyawannya tepat waktu.
Hingga suatu saat, rasa respek saya dengannya benar-benar hilang. Kejadian itu terjadi mendekati wafatnya IFT. Gaji karyawan IFT telat hingga 1 bulan. Dan puncaknya, setelah IFT tutup. Boro-boro ngomongin pesangon, wong gaji saya dua bulan aja masih belum dibayar hingga kini.
Dari kejadian tersebut, orang yang paling kesal dengan para Bos IFT tentu adalah isteri saya. Setiap dengar kata Sandi atau ACW, emosinya pasti langsung meledak.
Apalagi saat isteri saya dengar si Sandi ngabisin miliaran rupiah buat kampanye. Wah, marahnya makin menjadi-jadi dia. Biasanya kalau isteri saya sudah kayak gitu, saya pilih diam atau menghindar daripada ikut kena semprot.
Sementara itu, di sebuah ajang pilkada. Sandi dengan gagahnya berjanji kepada warga Jakarta akan menciptakan 200 ribu wirausaha baru lewat program yg bermana OK OC.
Sementara di sini bekas karyawannya masih menuntut hak yg hingga kini belum mampu ia penuhi.
Akhir kata, saya hanya bisa bilang: Pak Sandi, untuk jadi pemimpin itu syarat utamanya adalah tanggung jawab. Jika terhadap mantan karyawanya saja anda tidak berani bertanggung jawab, bagaimana anda akan bertanggung jawab terhadap rakyat Jakarta.
(pagenews/gerpol)