Gus Tutut, demikian Ketua Umum GP Ansor sering dipanggil. Katika Ahok dan Jarot Saiful Hidayat berkunjung dia membuat celetukan yang kemudian ditanggapi macem-macem. Gus Tutut meledek Ahok dengan sebutan Sunan Kalijodo karena keberhasilannya menyupal daerah “hitam” di Kalijodo menjadi wilayah yang aduhai. Sunan Kalijodo sendiri plesetan dari Sunan Kalijogo.
Ketika membaca berita celetukan saya tertawa ngekek dan ngakak. “Apik tenan iki mbak”, kata saya ke Mbak Yenny Wahid ketika ngobrol kemarin sore. Saya menanggapi celetukan itu sebagai gaya orang NU untuk keluar dari kepengapan. Pilkada DKI yang pengap ini memang perlu katup, dan katup itu adalah humor dan candaan.
Belakangan, saya baru tahu kalau ada orang yang menganggap, tidak ada yang perlu dibercandakan. Pilkada DKI adalah hal serius yang tidak boleh dihumorkan. Ada yang menanggapi, humor Gus Tutut tidak pada tempatnya. Ada yang bilang, sekarang memberi gelar ke Ahok sebagai sunan, besok digelari wali, besok lagi digelari nabi. Aduh….”dasar sumbu pendek”, gerutuku.
Humor itu memang butuh kelapangdadaan. Orang yang dadanya sempit, bersumbu pendek, hidupnya terlalu serius, sulit menerima humor. Yang berbahaya adalah jika orang-orang NU sudah kehilangan selera humor. Itu jelas tanda kiamat sudah dekat.
Bandara Soetta, 8 April 2017
Rumadi Ahmad
(gerpol)