Pengurus Pusat (PP) Gerakan Pemuda (GP) Ansor berkomitmen mempertahankan ideologi Pancasila sebagai dasar negara. Pihaknya siap menjadi garda terdepan melawan kelompok radikal yang ingin mengubah Indonesia menjadi negara Islam. Hal itu dianggap bertentangan karena negara ini menganut ideologi Pancasila.
Menurut Ketua Umum PP GP Ansor, Yaqut Cholil Qoumas, ideologi Pancasila harus tetap dipertahankan demi keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Jika ada kelompok radikal atau intoleran yang macam-macam, pihaknya mengaku siap head to head. Pernyataan Yaqut tersebut disampaikan saat acara Tasyakuran Harlah ke-83 Gerakan Pemuda Ansor dengan tema “Meneguhkan Semangat Kebangsaan, Membawa Khazanah Islam Nusantara untuk Perdamaian Dunia” di Kantor PP GP Ansor Jakarta.
Baca:
- Gubernur Papua dan FKUB Tolak HTI dan FPI di Papua, Ini Alasannya, Sebarkan!
- Hizbut Tahrir Ormas Gemblung dan Sontoloyo
“Ansor siap berhadapan dengan kelompok intoleran, kelompok ideologi impor negara lain yang masuk ke Indonesia,” tegas Yaqut, Sabtu (6/5).
Acara dihadiri Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj, Dewan Penasihat PP GP Ansor KH As’ad Said Ali, Sinta Nuriyah Wahid (Istri Gus Dur) dan Wakil Sekjen DPP PDI Perjuangan Ahmad Basarah.
Pria kelahiran Rembang ini mengemukakan, kesiapan GP Ansor untuk mengadang kelompok intoleran juga atas saran KH Said Aqil Siradj. Bahkan, dia juga menyinggung organisasi masyarakat (Ormas) yang dianggap intoleran. Ormas itu adalah Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).
Menurut Yaqut, organisasi itu dalam waktu dekat akan mati. “Ini saya disuruh baca pidato pakai teks, kalau tidak bisa ke mana-mana bisa ngomong bubarin HTI. Tenang saja tidak lama lagi HTI akan almarhum,” katanya.
Pihaknya tak ingin Indonesia hancur gara-gara kelompok radikal. Dia mencontohkan, Suriah saat ini banyak terjadi teror karena ada kelompok intoleran yang ingin mendirikan khilafah di sana. Imbasnya, saat ini Suriah sedang dilanda konflik perang dengan ISIS.
“Kami tidak akan membiarkan keruntuhan kerajaan Sriwijaya dan Majapahit terulang kembali dan tak membiarkan Indonesia luluh lantah seperti Suriah,” tutup dia
(beritasatu/gerpol)