Muhammad Nadir Umar atau Nadeer Umar Basyaeb, anggota DPRD Kabupaten Pasuruan dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dicokok Tim Densus Polda Jatim di Bandara Internasional Juanda T2, Sabtu 8 April 2017.
Nadir dicokok tim Densus Polda Jatim setelah melewati konter Imigrasi dan pemeriksaan barang oleh Bea Cukai.
Politisi PKS yang dikenal sebagai penggeraak intoleransi di lingkungan Bangil, Pasuruan itu saat dijemput tim Densus tercatat sebagai penumpang pesawat Air Asia dengan nomor penerbangan XT 327 rute Kuala Lumpur – Surabaya yang landing pada pukul 15.21 WIB.
Kabar yang beredar ia ditangkap diduga terkait kegiatan terorisme. Namun Kapolres Pasuruan AKBP Muhammad Aldian tidak mau berkomentar banyak tentang kabar penangkapan anggota DPRD oleh Tim Densus Polda Jatim.
“Iya… kewenangan polda dan Densus , monggo gali info kesana ya. Bukan kapasitas polres,” katanya.
Salah seorang rekan sesama politisi PKS yang juga duduk di kursi DPRD Kabupaten Pasuruan, Muhamad Zaini membenarkan peristiwa tersebut namun pihaknya enggan berkomentar.
Baca:
-
Ternyata PKS Tak Hanya Jiplak Lagu Yahudi, tapi Sudah Kerjasama dengan Perusahaan Israel
- Universitas Indonesia Bantah Pernyataan Dosen dan Kader PKS Ini Terkait Lembaganya Soal Ahok
“Memang benar, tapi saya tidak bisa berkomentar, karena jujur saya tidak tahu apa-apa. Saya hanya mendapatkan kabar singkat saja,” katanya.
Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Pasuruan, M Sudiono Fauzan, mengaku kaget dengan informasi penangkapan anggotanya.
Sudiono menegaskan kepergian M Nadir ke Kuala Lumpur di luar kepentingan dinas. Menurut dia, tak ada agenda dinas DPRD Kabupaten Pasuruan ke luar negeri.
“Sekarang DPRD sedang persiapan untuk finalisasi pengesahan sejumlah perda. Nggak ada agenda dinas ke luar negeri,” jelasnya.
Mengutip laman pkspasuruan.org, Muhammad Nadir Umar tercatat sebagai r Ketua DPD PKS Kabupaten Pasuruan periode 2015-2020. Ia terpilih menjadi anggota DPRD Kabupaten pasuruan periode 2014-2019.
Keberadaan Nadir sebagai legislator PKS yang diharapkan semakin meningkatkan produktifitas dakwah parlemen di DPDR Kabupaten Pasuruan, justru malah digunakan untuk menyebarkan dan menggerakkan aksi intoleransi.
Setahun lalu, tepatnya Jumat 1 April 2016, Nadir menggerakkan aksi massa untuk membubarkan acara keagamaan muslim Syiah di Bangil. Mereka menolak acara peringatan peringatan kelahiran Sayyidah Fatimah putri Nabi Muhammad saw.
Mereka juga meneriakkan yel-yel berbau intoleransi bahwa Syiah sebagai ajaran yang sesat. Nadir sendiri menjadi korlap aksi intoleran tersebut.
“Kami minta agar kegiatan pengajian itu dibubarkan,” kata Nadir saat itu.
Masih pada tahun yang sama, ketika menggelar pawai Muharam 2 Oktober 2016 di Bangil, Pasuruan, Nadir juga menjadi penggerak massa . Pawai itu disisipkan kampanye anti-mazhab Syiah.
Bahkan, dalam pawai itu bendera yang menyerupai identitas kelompok militan ISIS terlihat berkibar di antara para peserta pawai.
(satuislam/gerpol)