Hanya dalam kurun waktu 10 tahun, setidaknya sudah ada empat orang yang diberitakan tertangkap oleh Densus 88 Anti Teror. Sepertinya kepolisian RI dan sistem pertahanan Negara Kesatuan Republik Indonesia harus waspada dengan salah satu partai politik yang memiliki kader-kader yang berbahaya.
Karena bukan hanya kali ini saja kader dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang ditangkap karena dugaan teroris dan ada keterikatan dengan ISIS (Islamic State). Ternyata tidak sedikit kader-kader PKS berafiliasi dengan kelompok teroris.
Penangkapan pertama di tahun 2009, dua adik dari Kader PKS adalah teroris
Ternyata tidak hanya kali ini saja kader PKS tertangkap. Pada tahun 2009, dua adik mantan anggota DPRD Kabupaten Tangerang dari Partai Keadilan Sejahtera bernama Anugerah pun juga menjadi buronan teroris. Mereka adalah Muhammad Syahrir dan Syaefudin Zuhri alias Syaefudin Jaelani. Muhammad Syahrir diduga sebagai penyedia tempat, termasuk ‘markas’ teroris di Jati Asih Bekasi. Mereka berdua merupakan teroris yang berada di bawah pimpinan Noordin M Top. Mereka berdua pada akhirnya harus tewas di Ciputat 9 Oktober.
Penangkapan kedua, tahun 2013, Sadullah Rozak, juga kader PKS
Terduga teroris, Sadullah Rozak yang ditangkap juga oleh Densus 88 pada Rabu 1 Januari 2013 lalu pernah menjadi anggota Jemaah Anshorut Tauhid (JAT) pimpinan Abu Bakar Ba’asyir. Lagi-lagi kader PKS yang kena, bagaimana keadaan internal PKS pada saat ini? Tentu sulit dibayangkan apa yang menjadi isi perut dari PKS. Bahkan di rumahnya, terdapat buku manual bagaimana merakit bom. Mungkin ia siap menjadi pengantin pada waktunya.
Penangkapan lagi, tahun 2017, Muhammad Nadir Umar, kader PKS Pasuruan
Sampai saat ini, Muhammad Nadir Umar menjadi orang terakhir yang ditangkap oleh Densus 88 karena keterkaitannya dengan ISIS. Muhammad Nadir Umar ditangkap oleh Detasemen Khusus 88 Antiteror di bandara Juanda, Sabtu, 8 April 2017.
Sebagaimana yang sudah diprediksi, datanglah respons yang berdatangan dari teman-teman kader PKS Pasuruan.. Mereka kaget mendengar kabar bahwa Muhammad Nadir Umar ditangkap karena keterlibatannya dengan ISIS.
“Saya sangat kaget. Saya baca berita online kemudian konfirmasi ternyata benar ditangkap. Keluarganya juga sangat kaget,” – Sekretaris PKS Kabupaten Pasuruan M Zaini
Baca:
-
Terbongkar Bos Survei Median yang Memenangkan Anies Adalah Kader PKS dan Pernah Dilaporkan ke Polisi
- Terlibat Terorisme, Politisi PKS Ini Ditangkap Densus 88
Mereka sulit terdeteksi, licin seperti ular, sebutan mereka adalah lone wolf
Beginilah kira-kira yang menjadi ciri khas dari terduga teroris. Menjadi teroris ISIS itu ibarat menjadi seekor serigala yang mandiri. Sebutan lone wolf menjadi sebutan yang cocok untuk mereka karena cara perekrutan dan pembelajaran materi teroris yang sangat sederhana, namun sulit diprediksi dan sulit dilacak.
Hanya dengan menggunakan WhatsApp yang sudah di encrypt sedemikian rupa sehingga tidak akan terlacak, membuat persebaran terorisme sangat lancar dan mudah. Inilah kelemahan dari kebebasan dan privacy yang terlalu dipentingkan, sehingga menyulitkan aparat keamanan untuk menindak.
Keluarga dan teman-temannya mungkin memang betul-betul kaget dan tidak mengerti apa yang terjadi kepada diri Muhammad Nadir Umar sehingga bisa ditangkap.
PKS pintu masuk terorisme?
Lantas apakah berlebihan jika saya mengatakan bahwa PKS adalah pintu masuk bagi terorisme untuk meraja lela di Indonesia? Tentu merupakan hal yang sangat mengerikan jika ini adalah sebuah kebenaran. Terbukti dari beberapa kader PKS yang ditangkap oleh Densus 88 Anti Teror.
Jangan sampai terorisme yang berhasil dimunculkan di daerah Timur Tengah, berhasil bertumbuh di negara Indonesia. Jangan sampai terorisme mengubah sistem pemerintahan Indonesia. Jangan biarkan teroris memakai PKS untuk menjadikan Indonesia negara khilafah, seperti yang ISIS inginkan.
Terima kasih Densus 88 Anti Teror!
Salut kepada tim intel di Indonesia, ada saja cara-cara mereka untuk menyelidiki dan mengetahui pergerakan ISIS. Pada tahun 2016 kemarin, banyak yang mengatakan aksi-aksi demo bela Islam juga ini ditunggangi oleh kepentingan sekelompok teroris. Bom yang belum sempat diledakkan di Indonesia, juga tercatat ada beberapa.
Ada “pengantin” yang diciduk di tengah waduk, Bekasi, bahkan ada yang diledakkan di tubuh sapi, dan beberapa kali sampai saat ini, aksi terorisme terjadi di Tuban yang pada akhirnya membuat kepolisian harus menghabisi nyawa 6 terduga teroris yang menembakkan kantor polisi.
Apresiasi sebesar-besarnya harus kita berikan kepada seluruh aparat keamanan di dalam menjaga kedamaian negara Indonesia ini.
Betul kan yang saya katakan?
Hans Sebastian
(seword/gerpol)