Sempat dinyatakan batal, gerakan Tamasya Al Maidah dikatakan jadi digelar. Ketua Panitia Tamasya Al Maidah Ustaz Ansufri ID Sambo mengatakan kegiatan ini digelar untuk mengawal semua tempat pemungutan suara (TPS) di seluruh DKI Jakarta.
“Kita harapkan umat Islam untuk ke seluruh TPS di Jakarta yang jumlahnya 13 ribu. Di sana kita mengawal, memantau supaya pelaksanaan pilkada berjalan adil, jujur, dan demokratis,” kata Ansufri di Masjid Raya Al-Ittihaad, Jl Tebet Mas Indah I, Tebet, Jakarta Selatan, Jumat (14/4/2017).
Baca:
- Tamasya Al Maidah bentuk Pelanggaran Terstruktur Sistematis dan Masif
- Antisipasi Tamasya Al-Maidah, Polisi dan TNI Siapkan Pemukul di Tiap TPS
- KH Said Aqil Siroj dan 14 Organisasi Islam Melarang Ikut Aksi 313 dan Tamasya Al-Maidah
Sebelumnya, Gema Jakarta, pihak yang menggagas pertama kali gerakan Tamasya Al Maidah, sudah membatalkan rencana aksi tersebut. Adapun Ansufri dan kawan-kawan yang ‘menghidupkan kembali ‘ Tamasya Al Maidah ini bukan dari Gema Jakarta.
Dia mengatakan pengawalan ini dibuat dalam konsep kumpul-kumpul untuk rekreasi dan silaturahmi. Menurutnya, kegiatan yang akan dilaksanakan pada 19 April itu akan dilaksanakan dalam bentuk yang menyenangkan.
“Namanya juga tamasya. Jadi kumpul-kumpul, rekreasi bersama keluarga, saudara, teman di TPS. Sembari silaturahmi. Ini dibuat sebagai sesuatu yang menyenangkan, bukan menyeramkan. Di situ melihat agar terselenggara pemilu yang demokratis,” tuturnya.
Ansufri mengatakan teknis pelaksanaan kegiatan ini nantinya diharapkan ada 100 orang yang akan menjaga satu TPS. Dia memastikan ada pendataan terhadap mereka yang akan menjaga TPS tersebut.
“Target peserta kita berharap setiap TPS ada 100 orang kaum muslimin-muslimat yang datang melihat. Jadi insyaallah sebanyak 1,3 juta akan datang,” ucapnya.
Penjagaan akan dilakukan dari waktu pencoblosan hingga selesainya waktu penghitungan suara. Mereka yang berjaga akan diminta menjaga ketertiban, kedamaian, dan keamanan di tempat itu.
Siapakah Ustad Sambo?
Hidayatullah.com—Ada yang menarik dalam deklarasi pasangan Capres-Cawpres Prabowo Subianto-Hatta Rajasa di Rumah Polonia, Jalan Cipinang Cempedak I Jakarta Timur pada Senin (19/5/2014).
Dalam deklarasi itu terungkap sosok guru agama Prabowo Subianto. Fakta ini disampaikan oleh Taufik Ridho, Sekretaris Jenderal Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang turut hadir pada acara deklarasi.
“Ustad Sambo adalah guru spiritual Prabowo saat di Yordania,” kata Taufik di depan peserta silaturrahim keluarga besar Persatuan Islam (Persis) di Aula KH Noer Ali, Islamic Center Bekasi, Jawa Barat, Sabtu (24/5/2014) pagi.
Taufik mengaku, saat masih menjadi wartawan ia pernah ditugaskan untuk meliput aktivitas Prabowo selama dua tahun di Yordania.
“Selama di Yordania saya satu kontrakan dengan Ustad Sambo. Dari situ saya tahu kalau beliau guru yang mengajarkan Prabowo tentang Islam,” terang Taufik.
Taufik secara khusus meminta Ustadz Sambo untuk hadir pada acara deklarasi Prabowo-Hatta.
“Dan saat bertemu (di lokasi) mereka (Prabowo dan Ustadz Sambo) berpelukan. Prabowo berkata kepada orang di sekelilingnya kalau Ustadz Sambo adalah gurunya. Tapi ‘saya murid yang tidak lulus-lulus’,” jelas Taufik.
Taufik juga berharap Ustad Sambo kembali memberi nasihat-nasihat kepada Prabowo.
Ustad Sambo dikenal sebagai praktisi pelatihan shalat khusyu. Ia memiliki nama lengkap Ansufri Idrus Sambo, lahir di Medan pada 20 November 1970.
Ustad sambo berhasil menyelesaikan studinya di Institut Pertanian Bogor (IPB) jurusan Matematika.
Ustad Sambo aktif belajar sebagai santri di Pondok Pesantren Ulil Albab Universitas Ibnu Khaldun Bogor selama 2 tahun.
Setelah tamat kuliah di IPB Ustad Sambo di samping bekerja sebagai pengajar matematika juga sudah menjadi penceramah atau berdakwah di berbagai majelis taklim.
Ustad Sambo memutuskan hanya menjadi seorang pendakwah saja, adapun ilmu matematikanya menjadi penunjang beliau dalam berdakwah.
Yang menarik, tahun 2012 ia pernah memutuskan akan bersungguh-sungguh mempersiapkan diri menjadi calon Presiden Republik Indonesia. Namun keinginan itu sudah tak pernah terdengar lagi.*
(detikcom/hidayatullah/gerpol)