Terbongkar Kubu Anies Sandi Makin Panik, Hasil Survei Kadaluarsa Dipakai untuk Bohongi Publik

503943
Berbagi di Facebook
Tweet di Twitter
(((menang survey)))

Setelah debat yang dimenangkan oleh Ahok-Djarot dengan telak, kini penduduk bumi datar ramai-ramai membagikan kumpulan survei yang memenangkan Anies-Sandi. Kemungkinan besar maksud sebenarnya adalah pembentukan opini dan untuk persiapan kekalahan mereka.

Survey-survey ini sepertinya akan digunakan sebagai salah satu alasan mereka, menang di survei kok kalah di pemilihan? Begitulah kira-kira. Ini juga artinya mereka sudah mengendus kekalahan dan mulai bermanuver untuk mengantisipasi jika sampai kalah. Permainan yang sama saat Pilpres 2014, oleh karena itu jangan sampai tertipu lagi yah, masa mesti ada yang ketipu sujud sukur lagi?

Ini adalah salah satu yang ramai beredar, kumpulan dari semua survey

Pertama ini judulnya sangat menyesatkan, “Hasil Survey Sementara” seolah-olah survey tersebut dilakukan saat ini. Karena dibagikan di sosial media, orang luput melihat tanggalnya. Tanggal survey sangat penting karena pemilih itu dinamis, bergerak, apalagi di awal-awal suara pemilih masih cair sehingga masih mudah berpindah pindah. Selain itu keandalan survei sangat bergantung pada kredibilitas lembaga survei artinya kita harus dan wajib melihat track record dari lembaga survei yang merilis hasil survei.

Kita lihat survei LSI Denny JA yang tertera diatas.

Survei diadakan tanggal 27 Feb-3 Maret, sudah cukup lama tentu sudah tidak valid lagi. Selain itu LSI pernah merilis hasil surveinya 5 hari sebelum pencoblosan putaran pertama dan hasil survei mereka menempatkan Agus sebagai pemenang, lalu Ahok dan Anies yang kalah diputaran pertama. Selain itu tentu kita masih ingat bagaimana PKS dulu pernah gembar-gembor 3 besar, ternyata yang merilis survei PKS menang 3 besar adalah LSI. Masih ada lagi, survei LSI juga dulu memenangkan Foke kala bertarung dengan Jokowi, hasilnya?

Median ini mirip juga dengan LSI, Ia juga pernah merilis hasil survey awal setelah pencoblosan berdekatan dengan LSI. Meski tanggalnya masih cukup dekat tapi lembaga survei ini pernah memenangkan Prabowo dan juga Foke. Jadi kita bisa tahu kemana arahnya.

Rata-rata hasil survei yang dipasang disana adalah survei yang sudah lama sehingga sudah tidak valid lagi. seperti SDI yang tanggal surveinya adalah 10-17 maret 2017. Polmark survei tanggal 15-24 maret dan yang paling lucu adalah ini

Poltracking Indonesia itu sudah kadaluarsa sekali hasil surveinya, ibarat roti yang sudah basi biasanya orang gak mau memakannya tapi tetap dimakan sama penduduk bumi datar. Dan Indikator Politik Indonesia yang juga dilakukan setelah putaran pertama tentu sudah tidak valid lagi saat ini karena banyak perubahan yang terjadi.

Jadi dari sekian banyak hasil survei yang ditampilkan beberapa diantaranya diragukan karena track recordnya, dan ada yang sudah kadaluarsa sekali. Selama bulan April saja, ada beberapa titik yang bisa menyebabkan perubahan elektabilitas. Menurut pengamat, debat adalah game changer, dan debat pertama di putaran kedua baru diadakan oleh Metro TV dalam acara Mata Najwa tanggal 27 Maret dan Kompas TV yang gagal karena Anies batal hadir.

Dari semua hasil survey yang tertera diatas, hanya 2 yang melakukan survei dalam rentang waktu debat tadi. Yaitu Median dan Lembaga Survei Politik Indonesia (LSPI). Median tadi sudah saya bahas dan bagaimana LSPI? Setau saya lembaga ini tidak terdaftar dalam KPU DKI dan silahkan saja cek website-nya lalu klik profil dan klik manajemen, ini link-nya dan bagaimana menurut pembaca gerpol?

Lalu lembaga survei mana yang bisa digunakan sebagai rujukan?

Berikut ini sebuah berita dari tribun yang membandingkan hasil survei dengan hasil akhir lalu muncul tiga survei yang akurat.

 Indonesia Watch for Democracy (IWD) menyebut tiga lembaga paling akurat, yaitu Indikator Politik Indonesia, Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC) dan Poltracking.

“Akurasi ketiga lembaga survei tersebut pada peringkat tertinggi, yaitu 3,50 untuk Indikator, 4,66 (SMRC), dan 5,84 (Poltracking),” ungkap Direktur Eksekutif IWD Endang Tirtana, dalam diskusi di Jakarta, Senin (27/2/2017).

Selain itu IWD juga merilis hasil lembaga survei yang paling tidak akurat

Indonesia Watch for Democracy (IWD) menyebut tiga lembaga paling tidak akurat, yaitu Lembaga Kajian Politik Indonesia (LKPI), Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, dan Grup Riset Potensial (GRP).

“Akurasi ketiga lembaga survei tersebut pada peringkat terendah, yaitu 10,55 untuk LKPI, 11,96 (LSI), dan 22,46 (GRP),” ungkap Direktur Eksekutif IWD Endang Tirtana, dalam diskusi di Jakarta, Senin (27/2/2017).

Jadi rasanya para pembaca gerpol sekarang sudah mendapat gambaran mengenai hasil dari lembaga-lembaga survei yang disebarkan oleh penduduk bumi datar. Saya menduga tujuannya adalah untuk membentuk opini masyarakat bahwa Anies-Sandi menang dalam survei sehingga kalau sampai nanti kalah maka artinya dicurangi. Padahal kita lihat sendiri hasil survei diatas banyak yang meragukan.

SMRC adalah salah satu lembaga survei yang sejauh ini bisa dipercaya. Saat Pilpres SMRC terdaftar dalam KPU dan hasilnya juga cukup akurat, saat itu SMRC memenangkan Jokowi. Juga tadi IWD menyebutkan survei SMRC adalah salah satu yang paling akurat. Kalau ada yang ingin mempelajari analisis saya tentang survei SMRC, silahkan baca disini

Begitulah kelelawar

(deword/gerpol)