Terbongkar Pengurus RW dan RT yang Menelantarkan Jenazah Nenek Hindun

1099798
Berbagi di Facebook
Tweet di Twitter
Abdurrahman Ketua RT09/05 Dalang Penelantaran Jenazah

Jenazah nenek Hindun yang ditolak dishalatkan di Musola menjadi viral. Banyak media yang menulis, tapi hanya asal kutip, khususnya dari keterangan pengurus RW dan RT yang memang sejak awal menelantarkan jenazah nenek Hindun.

Kini, keluarga nenek Hindun menjadi sasaran serangan kedua kali, saat ibu mereka meninggal, pihak RT dan RW tidak mau mengurus dan membantu, kini pihak RT dan RW yang mengadu domba antara keluarga nenek Hindun dengan masyarakat sekitar.

Baca:

Dalang dan biang kerok sebenarnya adalah Abdurrahman, Ketua RT 009 yang menurur penelusuran Gerilyawan juga relawan Anies Sandi di tempat itu. Dia pula yang memasang spanduk larangan shalat jenazah bagi pendukung Ahok di Musola al-Mukminun yang dekat dengan rumah Nenek Hindun.

Di Mushalla itu tersebut terpasang spanduk yang bertuliskan ‘MUSHALA INI TIDAK MENSHALATKAN JENAZAH PENDUKUNG PENISTA AGAMA’. Selain Musola al-Mukminun tidak jauh dari lokasi itu ada masjid Al-Jihad yang juga memasang spanduk yang sama.

Setelah ribut, spanduk di Musola al-Mukminun dicopot, tapi spanduk di masjid al-Jihad hingga saat ini tetap terpasang.

Saat nenek Hindun wafat, Abdul Rahman Ketua RT tidak membantu, dia hanya menyerahkan uang iuran kematian RT setelah itu langsung cabut. Selain Abdul Rahman ada juga pengurus RT 009 Syamsul yang juga relawan Anies Sandi, yang nanti akan mengarang cerita kalau yang mengurus jenazah nenek Hindun adalah orang-orang PKS dan Gerindra.

Neneng, putri bungsu Nenek Hindun membantah semua klem-klem Abdul Rahman dan Syamsul.

Menurut Neneng, yang mengurus jenazah dari yang memandikan adalah anak-anak dari Nenek Hindun yang berjumlah 4 orang, perempuan semua, ibu-ibu yang kini sudah jadi janda.

“Kami, anak-anaknya yang mandiin, kan ibu perempuan, mana mungkin orang luar yang mandiin” kata Neneng.

Soal pengurusan kafan dan pemakaman, menurut Neneng dia mengunakan jasa pemakaman dan bayar tidak gratis.

“Kami bayar kok, kan ada iuran kematian yang dari RT, kami bayar tiap bulan, dari situ kami kasih uangnya, dari beli kain kafan, dan lain-lainnya,” kata Neneng.

“Setelah jenazah rapi, kami minta ke ustadz Syafii agar ibu dishalatkan di Musola, tapi ditolak dengan alasan “tidak ada orang” bukan karena hujan, waktu itu memang mendung tapi belum hujan, hujan itu baru turun saat pemakaman, kami kecewa kenapa jenazah Ibu tidak dishalatkan di Musola seperti almarhum bapak kami dulu tahun 2012, kami baru “ngeh” ternyata di Musola ada spanduk penolakan jenazah, kami juga baru ngeh ternyata waktu ibu milih ketahuan pilihannya karena waktu itu ibu kan sakit tidak bisa datang ke TPS, petugasnya datang ke rumah nah kelihatan pilihan Ibu, memang nomer 2, akhirnya Ibu dishalatkan di rumah oleh Ustadz Syafii dengan 13 orang keluarga dan 3 orang dari tetangga.”

Menurut Ibu Neneng keluarganya kecewa karena jenazah ibunya tidak disholatkan di Musola karena ada spanduk itu.

Ketua RT Abdul Rahman dan Ketua RW 005 Pak Ishaq juga tidak mengurus jenazah. Ketua RW 005 baru datang saat Walikota Jakarta Selatan datang ke rumah nenek Hindun Minggu 12 Maret 2017. Kini, Abdul Rahman dan Syamsul yang merupakan pengurus RT 009 mengarang cerita dan berbohong. Mereka bilang jenazah nenek Hindun tidak disholatkan di Musola karena hujan, padahal tidak dan mereka juga mengarang yang mengurus jenazah dan pemakaman nenek Hindun adalah orang-orang PKS, padahal keluarga nenek Hindun yang mengurus sendiri dan membayar jasa.

(gerpol)