JAKARTA-Aksi bela Islam dan ulama dengan mendompleng pilkada DKI Jakarta sebenarnya merupakan upaya pentolan Islam radikal untuk membawa agenda Islam transnasional ke Indonesia.
Salah satu agenda besar dari kelompok radikal ini adalah mewujudkan Jakarta Bersyariah dengan menjadikan Anies Baswedan-Sandiaga Uno sebagai kuda troya.
Baca:
- Riset: Ahok Djarot Unggul di Medsos, Tim Anies Pakai BOT Bayaran
- Aksi 313, Cara Inkonstitusional Anies Mencoba Memberhentikan Ahok
- Terbongkar Peserta Aksi 313 Pendukung ISIS dan Anies. Ini Buktinya!
Hal ini sangat berasalan karena pasangan Anies-Sandi sangat mudah dikontrol yang memang sangat lemah dari segi leadership.
“Aksi bela Islam ini hanya kedok saja. Demikian juga kasus Ahok, hanya sasaran antara. Karena tujuan yang sesungguhnya membangun kota Jakarta sebagai kota syariah serta mendirikan negara khilafah. Mereka masuk lewat Anies-Sandi. Karenanya, kalau pemilih Jakarta tidak jeli membaca arah dari aksi ini maka bisa terjebak sendiri nantinya,” ujar Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Universitas Indonesia (UI) Prof Dr Arbi Sanit di Jakarta, Jumat (31/3).
Menurutnya, masuknya agenda Islam transnasional melalui Anies-Sandi sangat masuk akal. Pasalnya, dari ideologi, Anies-Sandi dan kelompok Islam puritan ini memiliki kesamaan tujuan yaitu Jakarta Bersyariah. Karena itu, moment pilkada DKI Jakarta ini menjadi pertarungan mereka guna mewujudkan Jakarta Bersyariah.
“Kalau Anies-Sandi menang, mereka dengan mudah membelokan arah pemerintah, termasuk menjadikan Jakarta sebagai kota syariah. Bahkan bisa merebut kekuasaan dari Anies-Sandi,” tuturnya.
Sementara jika Basuki-Djarot yang menang maka sangat sangat sulit wewujudkan Jakarta Bersyariah. Soalnya, komitmen kebangsaan pasangan Basuki-Djarot tidak perlu diragukan lagi. Bahkan keduanya dengan tegas menolak penerapan syariah di Jakarta.
“Jadi, kelompok pendukung Anis-Sandi itu terus memainkan sentimen agama dan ras. Ini sangat efektif,” terangnya.
Arbi melihat, kelompok radikal ini akan terus melakukan politisasi SARA untuk menggerus elektabilitas Basuki-Djarot.
Apalagi, inilah satu-satunya cara mengalahkan Basuki-Djarot.
“Sebab kalau adu program, udah nggak selevel. Banyak ngaconya program Anies-Sandi itu,” tuturnya.
Selain memiliki agenda Jakarta Bersyariah, pasangan Anies-Sandi kata Arbi juga diboncengi oleh agenda Islamic State Iraq and Syiria (ISIS). Hal ini terlihat dari masuknya nama pentolan ISIS dala barisan pendukung paslon nomor 3 ini.
Untuk itu, dia berharap agar pemilih Jakarta menjaga momentum pilkada ini agar tetap kondusif. Sebab agenda Negara Islam Irak dan Suriah ini akan cepat masuk ke tanah air jika jika pilkada Jakarta rusuh.
“Kalau rusuh maka masuk kekuatan dari luar yaitu ISIS. Dan ISIS memang menunggu kapan Jakarta kacau,” ulasnya.
Arbi mengatakan konsep masuknya ISIS ini bukan lagi dengan kudeta, tetapi settingannya memang huru-hara.
Jika negara sudah kacau, pentolan ekstrimis ISIS ini berbondong-bondong pulang ke tanah air demi memperluas cakupan kekacauan.
“Lalu mereka berkuasa. Dan disitulah mereka akan membentuk negara khilafah seperti yang mereka inginkan. Sekarang, Rizieq nggak main di aksi 313. Tetapi Bachtiar Nasir yang maju. Dan Bachtiar ini disinyalir bagian penting ISIS di Indonesia. Tetapi, memang banyak pentolan ISIS di Indonesia. Setelah Bachtiar, ada lagi pentolanya,” imbuhnya.
Saat in jelasnya, orang Indonesia yang menjadi pentolan ISIS yang berada di Philipina Selatan bersiaga penuh ke Indonesia.
“Mereka akan pulang ke Indonesia seandainya ada kerusuh an di Jakarta. Jadi sesungguhnya, proyek kekisruhan di Jakarta ini sebenarnya agenda ISIS.
ISIS mendompleng agenda terselubungnya lewat pasangan Anies-Sandi. Hal ini sangat beralasan karena, “mereka pada akhirnya mampu mengontrol Anies-Sandi yang memang mudah diatur,” pungkasnya.
(gerpol)