Teror Politik Baru Itu Bernama Pengharaman Salat Jenazah

1360
Berbagi di Facebook
Tweet di Twitter

Wahai para ustad tukang politik dan para penceramah politisi, segera hentikanlah bualan, propaganda, dan omong kosong kalian yang mengancam dan menakut-nakuti warga Muslim untuk tidak mengurus dan menyolatkan jenazah yang sewaktu hidupnya mendukung atau memilih paslon Ahok-Djarot.

Kalian menyitir ayat Al-Qur’an tentang kaum munafik sebagai “landasan teologis” untuk tidak mengurus dan menyolatkan umat Islam yang mendukung dan memilih Ahok-Djarot seraya mengkampanyekan paslon Anis-Sandi dan memaksakan mereka untuk memilih pasangan “oke oce” ini. Kalian sebut Ahok sebagai satu-satunya “penista agama” di dunia ini, dan umat Islam yang mendukung Ahok sebagai “munafik”, dan karena itu kalian haramkan mereka untuk disalati.

Baca:

Cara-cara kalian ini bukan cuma busuk, licik, bebal, dan udik tapi juga telah melakukan dosa yang berlipat-lipat karena ini merupakan bentuk penipuan dan kejahatan ganda: bukan hanya penipuan dan kejahatan terhadap umat manusia saja tetapi juga penipuan dan kejahatan terhadap Tuhan yang kalian bajak ayat-ayatnya seenak perutmu sendiri untuk kepentingan politik praktis kekuasaan.

Memang benar ada ayat Al-Qur’an (dan juga Hadis) yang menyinggung soal kaum “munafik” tetapi menjadi keliru dan salah kaprah serta bertendensi politis jika kata “munafik” itu kalian terjemahkan dan maknai sebagai “umat Islam pendukung Ahok”. Disinilah kalian telah melakukan kecerobohan tafsir.

Kalian juga sibuk menuduh Ahok sebagai satu-satunya “penista agama” di planet ini tetapi bungkam, membisu, dan rabun terhadap kelakuan kalian sendiri dan juga orang lain yang rutin melakukan penistaan agama.

Kata “munafik” itu bersifat subyektif-elastis. Kalian menganggap dan menuduh orang lain “munafik”, orang lain juga bisa mengatakan kalian “munafik”. Kata “penista agama” juga sangat subyektif-elastis. Kalian menganggap dan menuduh Ahok sebagai penista agama, orang lain juga bisa menganggap dan menuduh kalian dan orang lain sebagai penista agama.

Apakah orang-orang Muslim yang menjadi koruptor sontoloyo itu bukan merupakan “penista agama”? Apakah umat Islam yang melakukan tindakan kekerasan dan intoleran itu bukan merupakan “penista agama”? Apakah sejumlah ustad dan dai yang hobi memprovokasi massa serta gemar melecehkan umat agama dan kelompok Islam lain itu bukan merupakan “penista agama”? Apakah umat Islam yang mematung melihat aneka kejahatan sosial-politik-ekonomi-agama di sekitarnya bukan merupakan “penista agama”?

Jika setiap umat Islam dan kaum Muslim diberi keleluasaan untuk mendefinisikan, memaknai, dan menafsiri “munafik” dan “penista agama”, maka hampir semua dari mereka itu adalah kaum munafik dan penista agama! Kalian yang suka teriak-teriak “munafik” itu bisa jadi adalah “munafik” itu sendiri”. Kalian yang suka bengak-bengok kayak knalpot sowak menuduh Ahok sebagai “penista agama” bisa jadi adalah “penista agama” itu sendiri.

Hal lain yang tidak kalah pentingnya: dari mana kalian tahu kalau almarhum itu adalah pendukung dan pemilih Ahok? Siapa tahu mereka ini adalah pendukung dan pemilih Djarot?

Jadi, sekali lagi, hentikanlah bualan-bualan dan pembodohan yang kalian lakukan. Kasihan umat Islam awam yang tidak mengerti apa-apa tapi kalian jerumuskan ke jurang keunyuan. Berkampanyelah yang sehat, elegan, rasional, dan intelektualis. Kalau hal sepele seperti ini saja tidak mengerti, maka saya sarankan untuk mengecek dengkul kalian ke dokter karena siapa tahu otak anda sedang korslet.

NB: Jika ada–dan memang ironisnya sudah terjadi–orang-orang yang tidak mau menyolatkan jenazah karena berbagai tuduhan di atas, maka NU, Ansor dan Banser Jakarta siap mengurus dan menyolati jenazah (silakan baca pengumuman di bawah ini).

Sumanto Al-Qurtuby, Dosen di Sebuah Universitas di Saudi Arabia

(gerpol)