Tak habis pikir, bagaimana bisa seorang Rizieq Shihab bisa dengan lancang menilai Pancasila sebobrok itu? Pancasila yang kita kenal sekarang adalah penghianatan bangsa Indonesia, begitulah yang dapat kita temui dari Tesis-nya yang berjudul “Pengaruh Pancasila terhadap Penerapan Syariah Islam di Indonesia”.
Dalam tesis yang diajukan guna memenuhi gelar Sarjana Syariah Bahagian II di Jurusan Fiqh dan Usul, Akademi Pengajian Islam, Universitas Malaya, Kuala Lumpur, 2012, Rizieq berusaha membongkar paksa nilai-nilai dari kelima sila Pancasila yang kita kenal sebagai dasar Negara Indonesia. Satu persatu ia mempreteli dengan mendasarkan argumentasinya pada keyakinan bahwa Pancasila hanyalah semata rekayasa politik para penguasa dari masa ke masa.
Ya, para penguasa yang dimaksud tak lain adalah “founding fathers” Indonesia sendiri, salah satunya adalah Bapak Proklamator Ir. Soekarno. Rizieq menilai bahwa di masa Seokarno, Pancasila hanya dijadikan sebagai alat politik untuk mempertahankan kekuasaannya. (hlm. 280-281)
Bagi Rizieq, Pancasila yang asli adalah Pancasila yang termaktub dalam Piagam Jakarta. Sedangkan Pancasila yang kita kenal sekarang “tidak tulen, bahkan penuh rekayasa dan permainan politik yang tidak sehingga hanya penyelewengan dari kesepakatan para Bapak Penubuh (Founding Fathers) Negara Indonesia, sekaligus merupakan pengkhianatan terhadap Konsensus National.”
Karena itu menurut Rizieq Shihab dalam Tesisnya itu, “Pancasila dan UUD 1945 sebagai Dasar Negara tidak sakral atau pun keramat, karenanya setiap saat boleh diganti atau pun diubah tergantung kepada kemahuan dan keinginan rakyat Indonesia”
Jelas-jelas sekali, Rizieq Shibab setelah menuduh Pancasila saat ini (yang bukan Piagam Jakarta) sebagai pengkhianatan, ia ingin mengganti Pancasila dan UUD 1945 dengan mengatasnamakan rakyat Indonesia yang sebenarnya yang ia maksud adalah FPI. (Terbongkar, Bukti-Bukti FPI Dukung AHY)
Maka tidak heran, kalau Rizieq Shihab berkali-kali melakukan penghinaan terhadap Pancasila, yang ia sebut “panca gila”, “pantat cina” dan “ketuhanan Soekarno ada di pantat” (Video: Rizieq Hina Pancasila dengan Panca Gila, Pantat Cina)
Soekarno dinilai sebagai pengagung berat ajaran-ajaran Karl Marx, sehingga Rizieq dengan berani menetapkan seruannya bahwa Pancasila tak lain hanyalah penjaga paham Marxisme, Komunisme, dan Sosialisme. Meski tak se-eksplisit itu, bisa kita katakan bahwa Pancasila di mata Rizieq adalah ideologi yang bertujuan untuk memuluskan paham-paham tersebut di Indonesia.
Tak berhenti hanya di masa Soekarno, di masa rezim Orde Baru Soeharto pun Rizieq mengeluarkan nada yang sama. Sebab Seoharto sangat kental dengan ajaran Kejawen, yakni mitos yang berhubungan dengan adat dan kepercayaan Jawa, sehingga Pancasila tak segan dinilai Rizieq sebagai pahamnya orang-orang Jawa Kuno.
Begitupun di jaman reformasi sampai hari ini, karena kuatnya paham kebebasan yang bagi Rizieq menjadi landasan gerak para pemimpin setelah Reformasi, Pancasila pun lagi-lagi dipersepsi sebagai pelanggeng paham-paham kebebasan, dalam hal ini kapitalisme.
Maksudnya apa coba? Bukankah ini satu bentuk penistaan terhadap Pancasila? Alih-alih hendak mengambil pengaruh positif dari Pancasila untuk perbaikan kehidupan publik, terutama umat Islam, Rizieq justru telihat ingin memadamkannya sama sekali.
Jika kita menelaah lebih jauh ulasan Rizieq Shihab dalam tesisnya itu, terang akan kita temui bahwa ada tujuan terselubung yang ingin Rizieq capai. Melalui alasan naifnya di atas, yang memandang Pancasila berubah-ubah fungsinya sesuai siapa yang jadi pemimpin (presiden), hanyalah soal cara dia meruntuhkan Pancasila itu sendiri sebagai dasar negara atau ideologi bangsa Indonesia. Jelas, upaya ini tak lain sebagai salah satu misi terbesar dia, dan para pengusung khilafah Islamiyah secara umum, yakni Syariat Islam.
Tentu ini satu perbuatan yang sangat melanggar hukum. Sebagaimana kita ketahui sendiri, Syariat Islam adalah dasar hukum murni dalam Islam. Jika dasar hukum ini sampai diterapkan, sama saja dengan melakukan pendeskriminasian terhadap paham-paham atau dasar-dasar hukum agama lain. Dan bukankah ini sekaligus sebagai bentuk penyangkalan terhadap semboyan besar bangsa Indonesia: Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda tetap satu jua?
Karena penyangkalan itulah, maka jelaslah bahwa Rizieq hanya berusaha meniadakan eksistensi Pancasila. Rizieq berargumen bahwa Pancasila adalah bentuk penghianatan bangsa Indonesia, dan karena itu, baginya, patut diganti dengan Syariat Islam.
Lantas, bagaimana kita harus memberi respon terhadap seruan Rizieq semacam ini? Membiarkannya berarti membiakan Pancasila hancur di tangan orang-orang yang tak bertanggungjawab. Dan melawannya berarti kita tak hanya hendak mempertahankan cita-cita para pendiri bangsa ini, melainkan sekaligus mempertahankan dan melestarikan keharmonisan sebagai bangsa yang multikultural.
Salman Alfarisi
Baca juga:
(7 Kasus yang Menjerat Rizieq Shihab)
(Jangan Ditiru, Ini Makian-Makian Rizieq)