Uno Dan Jomblo (2)

614
Berbagi di Facebook
Tweet di Twitter
Sandiaga Uno dan Nur Asia

Sandiaga Uno, wakil gubernur terpilih, berjanji akan sediakan Kartu Jakarta Jomblo. Ini gagasan orisinil — setahu saya, di seluruh dunia, baru dia administrator kota abad ke-21 yang berniat mengurus jomblo di kotanya seperti mengurus yatim piatu.

Baca: Uno Dan Jomblo

Gagasan Sandiaga juga, jika dilihat alasannya, cukup hmmmm….

Sebagaimana dikutip wartawan Hary Lukita Wardani dari detikNews, dengan Kartu Jakarta Jomblo, Sandiaga menemukan satu solusi untuk mencegah populasi Jakarta menurun.

Ajaib. Dulu, gubernur yang mengagumkan itu, Ali Sadikin, ikut mempelopori Keluarga Berencana sebelum Pemerintah Pusat, di bawah Suharto, berani melakukan itu untuk menurunkan tingkat pertumbuhan penduduk. Ali Sadikin cemas, penghuni akan berjejal dan Jakarta akan meledak; segala usaha pelayanan publik akan tak memadai.

Hampir dua dasawarsa kemudian, ledakan itu terbukti bukan khayal. Menurut Taimur Samad, ekonom Bank Dunia yang mempunyai data mutakhir, penduduk Jakarta akan jadi 16 juta di tahun 2020. Berarti penduduk akan bertambah 7 juta, hampir 50%. Dan itu belum termasuk penduduk di wilayah penunjang kota ini.

Pertumbuhan penduduk Jakarta adalah 3,7%. Antara 2000 dan 2010 Jakarta menunjukkan pertumbuhan yang lebih cepat ketimbang kota-kota lain di Asia Timur, kecuali RRT. Dengan kata lain, tidak ada tendensi jumlah penduduk menurun.

Saya duga Sandiaga Uno tak membaca statistik Jakarta; atau ia punya biro statistik rahasia. Yang pasti, ia menyimpulkan pendapatnya dengan melihat pengalaman Singapura.

Saya tak habis pikir, apa yang terjadi dengan Wakil Gubernur kita ini. Sebab umumnya mahasiswa ilmu sosial tahun pertama pernah baca mengapa penduduk kota seperti Singapura turun. Setidaknya ia tahu — bila ia tidak terlalu bodoh — bahwa tak pernah didapatkan korelasi antara turunnya tingkat pertambahan penduduk dengan…. jumlah jomblo dalam populasi.

Dengan atau tanpa problem jomblo, dalam catatan asosiasi walikota sedunia, Jakarta termasuk kota paling padat di dunia, lebih padat ketimbang Kairo dan Mexico City.

Jangan-jangan Kartu Jakarta Jomblo, alias KJJ, tidak akan ada gunanya, kecuali untuk sedikit lelucon. Jangan-jangan…

Sumber: FB Goenawan Mohamad

(gerpol)