Sebagai salah satu alumnus Harvard University tahun 1997 dari School of Public Health-nya, saya ikut bangga ada sejumlah almuni Harvard yang berinisiatif membuat petisi dengan tajuk #AhokTidakMenistakanAgama. Saya sendiri tidak ikut karena tidak diajak masuk dalam Inisiator Team. Tak apa2 karena saya sama sekali tidak prominent.
Di antara 26 nama para alumni Harvard sebagian bukan master atau Doktor dari Harvard, tapi fellow seperti Nieman Fellows yang amat bergengsi di kalangan jurnalis. Di antaranya ada Goenawan Mohamad dan Bambang Harimurti yang pernahmenjadi Pemred Tempo, serta Wahyu Dhyatmika (juga dari Temoo) dan Endi Bayuni (mantan Pemred the Jakarta Post). Ada juga Todung Mulya Lubis, lawyer senior.
Bahwa almuni Harvard berinisiatif membela Ahok, ini mungkin sesuai dengan semboyan Harvard University, yaitu VERITAS yang artinya Truth (Kebenaran). Sayangnya kita sekarang hidup di era Post-Truth. Yang penting bukan Kebenaran, tapi Pembenaran dan keyakinan. Inilah yang membuat pasangan Basuki Tjahaja Purnama-Djarot kalah telak di Pilkada Jakaeta putaran kedua 19 April lalu.
Ahok kalah bukan karena dia tidak berprestasi sebagai Gubernur atau karena dia arogan, tapi karena eksploitasi sentimen agama dan rasial. Tak sedikit yang takut memilih Ahok karena takut masuk neraka (sebab Ahok distigma Kafir penista Agama) atau takut tidak disholatkan jika meninggal.
Sekali lagi Truth sudah dikalahkan oleh Post-Truth. (Irwan Julianto)
(gerpol)