Veronica Tan & Djarot Melejit Menjadi Bintang Putaran Pilkada DKI 2017

1497300
Berbagi di Facebook
Tweet di Twitter
Veronica Tan

Putaran kedua Pilkada DKI 2017 berlangsung cukup adem, meskipun terasa sekali suasana kebatinan dari politik SARA masih membayangi. Paling tidak, berangsur-angsur kasus penistaan Ahok telah melambat, rakyat semakin mengerti siapa saja yang bermain, dan rasionalitas kembali menguasa emosi para pemilih.

75% warga DKI yang puas akan kerja Ahok-Djarot terpanggil pulang (homecoming) untuk memilih yang benar. Trend yang harus terus dijaga sampai 19 April 2017 untuk memenangkan Ahok-Djarot. Dalam proses memperkuat kembali pemilih rasional yang terkena virus SARA di putaran pertama, Veronica Tan dan Haji Djarot menjadi bintang kemenangan Ahok.

Kartu-kartu Anies Baswedan sudah habis, bahkan sekarang Anies sudah menjadi kartu mati yang sulit untuk di-leverage lagi untuk meraup suara. Narasi kampanye dan pencitraan sebagai sosok nasionalis, pluralis, dan toleran sudah tidak laku untuk dijual. Bahkan sempat #AniesIntoleran menjadi trending topic di twitterland.

Sementara itu, Sandiaga Uno juga tidak mampu mendongkrak untuk meraup pemilh-pemilih rasional. Bahkan sentimen negatif semakin melonjak. Kasus-kasus hukum yang bermunculan dari lawan-lawan bisnisnya membuka banyak pemikiran-pemikiran liar akan siapkah sebenarnya Sandiaga Uno ini?

Kata-kata “super kaya” yang mencoba merendahkan Haji Djarot semakin membuat nama Sandi semakin jeblok. Alhasil, dikubu Anies-Sandi trend negatif semakin menguat dan sangat sulit untuk rebound tanpa ada suatu terobosan yang berarti.

*

Di kubu Ahok, perolehan 43% di putaran pertama menandakan bahwa 32% pemilih yang puas akan kerja Ahok tidak memilih Ahok karena politik SARA yang dimainkan pihak Anies-Sandi, dan kubu SBY waktu itu. 32% pemilih ini menjadi floating voter yang seharusnya bisa ditarik kembali ke kubu Ahok.

Disinilah letak pentingnya peran Haji Djarot dan Ibu Veronica yang dimainkan oleh kubu Ahok. Anies, Sandi, dan Ahok semuanya menghadapi gugatan/tuntunan pidana, tapi Djarot BERSIH dari tetek bengek urusan hukum. Dan ini membuat Djarot bebas mencari posisi dan bisa menggiring bola muntahan dari Ahok dengan baik.

Kasus Peci Djarot jelas adalah sebuah tembakan yang tepat dari Djarot ke Anies-Sandi. Sebab itu, tidak heran kalau Anies sampai harus mengomentari. Karena secara simbolik, pesan “coblos pecinya” alias kata “pilih orang Islam” dipatahkan dengan cantik oleh Djarot. Gol!
Sementara itu, tiba-tiba diluar dugaan siapapun, Veronica, isti Ahok, melakukan sprint dan mencari posisi kosong yang strategis sehingga membikin kubu Anies tergopoh-gopong. Bahkan sampai Panwaslu pun menjadi bertindak ceroboh dengan mencoba menekan Veronika, sehingga terbuka kesisi mana mereka berpihak.

Djarot dan Veronica memainkan taktik bola satu-dua dengan baik antara mereka, dan tiba-tiba Addie MS sebagai relawan diluar sistem menangkap pesan ini dan segera memberikan panggung ke Veronika dengan mengundang Veronika main dengan Twilight Orchestra. Gol lagi!

Hasilnya, Djarot – Veronika menjadi sayap bagi Ahok yang secara elektabilitas tersendat karena politik SARA. 32% pemilih yang bagikan anak yang hilang sekarang ini memiliki alasan untuk pulang.

Melihat kuatnya dukungan NU ke Ahok, dan ditambah adanya Haji Djarot mempermudah mereka untuk mencoblos Ahok yang kerjanya sudah jelas. Sementara itu, ibu-ibu yang mungkin “takut” dengan galaknya Ahok terasa mendapatkan oase dari sentuhan Veronica. Strategi yang cakep.

*

Kalau di kubu Ahok ada Ahok – Djarot – Veronica, maka dikubu Anies ada Anies – Sandi- Riezieq yang pemain utamanya. Secara jelas kubu Ahok lebih humanis dan less problem.

Secara psikologis, emosi para pemilih yang puas akan kerja Ahok semakin menemukan titik kesadaran, sehingga trend elektabiltas akan terus naik sampai tanggal 19 April 2017 diharapkan dapat mencapai puncaknya 75%. Jika itu terjadi, prayerfully, maka hasil akhir Pilkada DKI akan sekitar 65-70% untuk Ahok-Djarot, dan 30-35% untuk Anies-Sandi.

Trend positif ini yang membuat kubu Anies-Sandi kehabisan akal. Kubu mereka akan mencoba menekan Djarot – Veronica supaya emosi, karena yang bisa mereka mainkan hanyalah emosi dari pemilih-pemilih. Secara rasional, Ahok-Djarot tidak dapat ditandingi Anies-Sandi. Terlalu jauh perbedaannya.

Strategi kampanye senyap Ahok juga mampu meredam emosi para pemilih. Ketika semua emosi negatif sudah hilang, yang ada hanya rasional dan logika yang disertai optimisme, harapan, dan realitas positif. Itulah yang membuat Ahok-Djarot akan bersinar. Djarot – Veronica kalian layak dapat bintang!

Pendekar Solo.