Ketegangan Anies dan Sandi mencapai puncak! Dalam pasangan Anies Sandi sudah tercipta matahari kembar. Anies yang didukung Eep Saefullah Fatah, Mardani Ali Sera dan PKS Versus Sandiaga Uno, Prabowo dan Gerindra.
Pemantik perpecahan adalah soal keputusan di Timses yang didominasi Kubu Anies yang tidak pernah mengucurkan dana kampanye.
Baca:
- Terbongkar! Video: Strategi Anies Sandi Menggunakan Masjid Sebagai Mesin Politik
- Spanduk Jakarta Syariah Memang Dari Anies Sandi
- Anies Sandi Takut Debat, Rosi Kompas TV Malah Berterima Kasih pada Prabowo, Ada Apa?
Peristiwa terakhir debat Kompas TV yang harusnya Pasangan Anies Sandi hadir sesuai permintaan Prabowo dan keinginan Sandiaga Uno sendiri.
Dalam jadwal Sandi Uno hari minggu kemarin yang semestinya tetap datang ke acara Kompas TV. Namun oleh tangan-tangan jahat di internal timses Anies Sandi, akhirnya Sandi batal ikut debat.
Jadwal ini dikirim langsung oleh asisten pribadi Sandi kepada Gerilyawan. Jadwal ini mengonfirmasi kalau Eep, Mardani dan Anies secara perlahan tapi pasti berusaha menjauhkan Sandi dari publikasi dan exposures media.
Tak dipungkiri kalau di internal Timses Anies Sandi mulai disoroti matahari kembar antara Anies dan Sandi yang itu tidak bagus dalam kampanye politik.
Apalagi keduanya sudah mulai terlihat beda pendapat dalam banyak hal, termasuk soal rumah DP O persen.
Ketegangan hubungan Anies Sandi sudah tercium setelah dinyatakan sebagai pemenang kedua putaran pertama Pilkada DKI Jakarta. Pangkal soalnya apalagi kalau bukan duit.
Sandi selalu menyindir biaya kampanye yang telah dikeluarkan sudah sangat banyak.
Sementara Anies, sebagai calon orang nomor satu tidak punya uang. Bahkan setidaknya tidak ikut mencari donatur.
Berapa duit yang sudah dikeluarkan Sandi? Rp200 Miliar! Gede kan?
Yang bikin Sandi gondok karena banyak sekali keputusan timses yang tidak melibatkan Sandi. Klik, intrik dan faksionalisasi di tim makin kelihatan. Anies-Eep-Mardani-PKS vs Sandi-Prabowo-Gerindra.
Kegeraman Sandi soal biaya yang sudah dikeluarkan sedemikian besar, akhirnya beberapa pekan lalu Anies disodori kontrak untuk ikut membantu biaya kampanye. Dalam akta itu (yang copy dokumennya masih digerilya oleh gerilyawan kami), Anies meneken surat bermeterai yang nilainya hampir Rp 50 Miliar.
Lantaran Anies tak punya uang, maka komitken itu dianggap sebagai hutang yang akan dibayarkan bila dilantik sebagai gubernur dan wakil gubernur Jakarta.
Bagaimana jika kalah? Itu dia masalahnya. Tak bisa dibayangkan bagaimana sepasang calon ini sudah bicara duit yang bisa didapat setelah berkuasa, maka jika benar akan berkuasa akan menghalalkan segala cara.
(Gerpol)