Warga Ini Mengaku Dipaksa Tanda Tangan Pilih Anies Agar Jenazah Mertuanya Dishalatkan

1097656
Berbagi di Facebook
Tweet di Twitter

Jakarta- Yoyo Sudaryo (56), warga RT 05/02 Kelurahan Pondok Pinang, Kecamatan Kebayoran Lama, terpaksa menandatangani surat pernyataan untuk memilih paslon Anies Baswedan-Sandiaga Uno pada hari pemungutan suara Pilkada DKI Jakarta putaran dua yang akan datang.

Hal itu wajib dilakukan Yoyo jika ingin jenazah mertuanya, Siti Rohbaniah (80), disalatkan oleh pengurus salah satu masjid di Pondok Pinang.

Yoyo dan keluarganya dituding sebagai pendukung paslon Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat.

Saat ditemui wartawan, Yoyo bercerita, pada Rabu (8/3/2017) malam sang ibu mertua meninggal dunia karena sakit.

Esok harinya, keluarga kesulitan untuk mensalatkan jenazah karena pengurus masjid tidak mau mengurusnya.

Jenazah baru disalatkan Kamis (9/3/2017) siang setelah Yoyo terpaksa menandatangani surat pernyataan yang disodorkan Ketua RT 05 Makmun Ahyar.

Baca Juga:

Itu pun setelah jenazah terbengkalai sekitar satu jam.

“Rabu malam, saya punya ibu (mertua) meninggal, lalu saya lapor ke tetangga, ke Ketua RT. Awalnya nggak ada masalah yang buat saya bimbang. Ketua RT-nya juga kenal saya dengan baik,” ujar Yoyo di rumahnya, Jumat (10/3/2017).

“Kamis pagi, udah rapi mau dikafani, dimandiin, nggak ada masalah. Siangnya, pas mau disalatin saya disuruh tanda tangan, yang bikin tulisannya Pak RT. Isinya bahwa saya berjanji akan mendukung pasangan Anies-Sandi di putaran dua nanti. Ada meterainya juga,” beber Yoyo.

Yoyo mengatakan, surat pernyataan tersebut tidak diketik, melainkan hanya berupa tulisan tangan di atas selembar kertas.

Karena tak tega jenazah sang ibu mertua terbengkalai, dia pun akhirnya membubuhkan tandatangan di atas selembar kertas itu.

“Awalnya sih, saya nggak curiga, lagi kesusahan nggak nyangka nggak mau disalatin. Menurut saya mau pilih siapa itu urusan saya sama Tuhan. Tapi yang penting ibu saya disalatin,” bilang Yoyo.

Beberapa saat, setelah Yoyo mengguratkan tandatangannya, barulah jenazah ibu mertuanya disalatkan dan akhirnya dimakamkan di TPU Tanah Kusir.

Dikatakan Yoyo, sebenarnya dia dan keluarganya tidak pernah mengungkapkan sebagai pendukung paslon tertentu.

Bahkan, sang ibu mertua tidak ikut memilih dalam putaran pertama 15 Februari lalu karena sudah uzur.

“Saya dari dulu siapapun gubernurnya kampanye nggak pernah ikut, nempel poster juga nggak. Bahkan, saya menolak ada poster pasangan manapun di rumah saya. Makanya saya heran sampai begini,” katanya.

Yoyo mengakui, dia memang pernah bergurau dengan tetangga-tetangganya seputar persaingan paslon Anies-Sandi dan Ahok-Djarot dalam Pilkada DKI, kali ini.

“Saya memang kadang berkelakar ke tetangga. Saya bilang, saya nggak pilih Ahok karena dia Kristen, sementara saya Islam. Lalu, tetangga tanya, terus pilih siapa? Pilih Djarot, kata saya gitu,” ungkap Yoyo.

Sementara itu, pihak kepolisian dari Polsek Metro Kebayoran Lama, Jumat pagi, telah mendatangi rumah keluarga Yoyo untuk meminta penjelasan terkait permasalahan tersebut.

Sementara itu, Kapolsek Metro Kebayoran Lama, Komisaris Ardi Rahananta mengatakan, kedatangan pihaknya untuk memastikan tidak ada ancaman keamanan bagi keluarga tersebut.

“Kami ingin memastikan keamanan warga sekaligus mediasi agar masalah itu bisa diselesaikan secara kekeluargaan. Kami akan turunkan petugas untuk memantau agar jangan sampai terjadi hal yang tidak diinginkan,”

(tribunnews/gerpol)