Membaca begitu banyak broadcast, saya jadi tersenyum sendiri. Haruskah pendukung Ahok move on lalu diminta bersatu dengan lawannya?
Pertanyaan saya, Memangnya apa hal gawat yang dilakukan pendukung Ahok sehingga harus pula diceramahi tentang persatuan? Memangnya mereka marah karena Anies menang? Memangnya Ahok atau Djarot memprovokasi mereka untuk terus melawan? Memangnya mereka tidak terima kekalahan lalu pura-pura sujud syukur lalu main gubernur-gubernuran? Tidak kan?
Semua pendukung Ahok, walau kecewa dan patah hati, sampai saat ini baik-baik saja. Tak terucap ancaman mereka akan mengacaukan pelantikan, akan menumpahkan darah, apalagi rencana demo sampai berjilid-jilid. Banyak bahkan sudah mengucapkan selamat kepada gubernur terpilih sembari berterima kasih kepada kerja keras Basuki Djarot benahi Jakarta.
Kalaupun ada ungkapan kesedihan, itu bentuknya ribuan bunga yang kini memenuhi halaman balaikota sampai monas. Saya tidak paham sejak kapan pula bunga bisa dituding menyebabkan perpecahan, padahal ia lambang kasih sayang.
Maka benar, yang namanya kata-kata bijak, petuah, pengajaran dan anjuran, sebaik-baiknya adalah yang ditujukan kepada diri sendiri. Yang menjadi PR Anies, Sandi, dan Eep bukanlah mengajak bersatu pendukung Ahok, karena pendukung Ahok tidak pernah mengancam lawannya tidak akan disalatkan jenazahnya. Mereka justru selama ini dihina sebagai pembela penista agama, yang muslim ikut dituding kafir, munafik, dan penghuni neraka.
PR Anies adalah menyadarkan orang-orang yang selama ini menganggap Pilkada begitu seriusnya sehingga menganggap rekan-rekannya sendiri sebagai musuh. Merekalah yang harusnya diajak bersatu kembali. Jika ada tenun kebangsaan yang selama ini dianggap robek dan perlu dijahit kembali, itulah robekan yang perlu mereka kumpulkan kembali setelah berserakan sekian lama….
Hariadhi
(gerpol)