Dawuh Abah Luhtfi Bin Yahya saat haul di Pendopo Pasuruan pernah mengatakan, “salah satu cara memecah belah bangsa adalah dengan menanamkan doktrin anti pemerintah”.
Penjelasan atas pernyataan Abah Luthfi diatas akan saya uraikan caranya.
Yang pertama adalah, sebarkan tentang kebobrokan presiden, sebarkan fitnah tentang presiden, hina presiden dan hujat presiden, via media sosial.
Cara di atas sudah banyak kita temui. Kini banyak sekali bertaburan status yang menjurus penghinaan dan hujatan terhadap simbol Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), mulai dari akun cyber bayaran sampai akun religius ustadz, kiai, bahkan akun yang memiliki ponpes pun ikut-ikutan.
Itulah salah satu cara untuk menanamkan doktrin anti pemerintah yang sekarang sedang marak mereka lakukan (baca: Hizbut Tahrir, Pendukung Anies Pernah Fitnah Raja Salman Habiskan 30 Juta Dolar untuk Puaskan Syahwatnya)
Yang kedua, sebarkan tentang kebobrokan presiden, sebarkan fitnah tentang presiden, hina presiden dan hujat presiden melalui mimbar-mimbar.
Cara kedua ini pun sudah mulai marak dilakukan, bahkan selama dua bulan terakhir ini, hampir 70% khatib Jum’at (di Jakarta), membawa tema politik tentang kebobrokan pemerintah di mimbar yang harusnya meneduhkan. (baca: Taktik Hizbut Tahrir Membunuh Demokrasi Lewat Anies Sandi)
Saya menganalisa, semua itu mereka lakukan karena pemerintah kita tidak mau tunduk kepada kebijakan AS dan sekutunya yang melarang Indonesia menjalin kerjasama dengan Rusia, Iran dan China, terlebih pemerintah kita tidak mau tunduk terhadap permintaan PTFI (Freeport) dan tidak takut dengan ancaman Freeport.
Perlu diketahui, awal-awal sebelum perang saudara pecah di Suriah, kedua cara di atas adalah termasuk strategi yang dilancarkan oleh kelompok teroris yang menginginkan Presiden Bassar Al-Assad tumbang.
Sekali lagi, waspadai akun-akun yang berusaha menanamkan doktrin anti pemerintah, sekalipun itu keluar dari seorang kiai yang memiliki pesantren. Pasalnya, semua itu adalah salah satu strategi memecah belah bangsa, sebagaimana dawuh Abah Luthfi.
(muslimoderat/gerpol)